Monday, 25 January 2021

Faktor Risiko Lain Yang Menyebabkan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Selain Hyaline Membrane Disease (HMD)

Sumber: " Kartun anak menangis " (n.d.)   



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sistem pernapasan adalah salah satu sistem organ yang paling terakhir matang pada janin apabila dibandingkan dengan sistem organ lain. Perkembangan paru dimulai pada waktu 3 minggu setelah terjadinya konsepsi dan terus berlanjut hingga 8 tahun setelah lahir. Perkembangan berasal divertikulum respiratorius yang terlihat sebagai tonjolan dari usus depan pada hari ke-26 dan merupakan perluasan arah kaudal sulkus laringotrakeal. Pada hari ke-33, tunas paru mulai bercabang dan pada hari ke-37, bronkus utama mulai melakukan penetrasi ke mesenkim. Pada hari ke-42 lobus paru dan bronkus segmental mulai terbentuk (Salim et al, 2009). 
 
Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan, terutama pada bayi yang dilahirkan di masa gestasi yang kurang. Defisiensi surfaktan pada Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebabkan oleh empat faktor yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, dan seksio sesaria (Honrubia & Stark, 2004; Rennie & Roberton, 2002; Pusponegoro, 1997). Terdapat tiga faktor yang memudahkan terjadinya Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada bayi prematur yaitu alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, dinding thorax masih lemah sehingga pengembangan kurang sempurna, dan produksi surfaktan kurang sempurna (Rennie & Roberton, 2002). 
 
Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau dengan nama lain sindrom gawat pernapasan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dan bayi dengan ibu yang mengidap diabetes mellitus dalam kehamilan yang tidak terkontrol. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebabkan oleh insufisiensi dari produksi dan fungsi surfaktan dan imaturitas dari struktur paru. Respiratory Distress Syndrome (RDS) juga bisa disebabkan oleh suatu kelainan genetik dari produksi surfaktan (Pickerd & Kotecha, 2008). Kondisi dan faktor risiko tertentu dari ibu dan bayi dapat menjadi suatu faktor risiko dalam terjadinya Respiratory Distress Syndrome (RDS), contohnya kondisi hipertensi dalam kehamilan, ketuban pecah dini, diabetes mellitus gestasional, pertumbuhan janin terhambat, kehamilan kembar, serta konsumsi rokok dan alkohol selama kehamilan (Geary & Whitsett, 2005).
 
 
DAFTAR REFERENSI:
 
Fitrianingsih. (2015). Kajian efektivitas biaya penggunaan sediaan parenteral nutrisi d10-cagluconas dan d5-1/4ns pada pasien respiratory distress syndrome (rds) neonatus dengan berat badan normal di rsu kambang jambi. Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Program Magister Ilmu Kefarmasian.
 
Geary, C. & Whitsett, J. (2005). Amniotic fluid markers of fetal-lung maturity. Intensive care of the Fetus and Neonate 2nd edition. Elsevier Mosby. VI;10;p 122-131
 
Honrubia, D. & Stark, A. R. (2004). Respiratory Distress Syndrome. In J. P. Choherthy, E. C. Eichenwald, & A. R. Stark, Manual of Neonatal Care (5th ed., pp. 341-361). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
 
Kartun anak menangis ibu, bayi itu menangis di pangkuan ibu kartun, cinta, karakter kartun png. (n.d.). Retrieved January 25, 2021, from https://www.pngegg.com/id/png-bbwtm
 
Pickerd, N. & Kotecha, S. (2008). Pathophysiology of respiratory distress syndrome. Paediatrics and child health, 19;4
 
Pradana, A. (2012). Perbandingan nilai hitung badan lamelar dan tes busa sebagai prediktor respiratory distress syndrome pada kehamilan di atas 28 minggu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi.
 
Pusponegoro, T. S. (1997). Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas Neonatal. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak, 89-96.
 
Rennie, J. M. & Roberton, N. R. (2002). Respiratory Distress Syndrome. In N. R. Roberton, J. Rennie, & G. Kendall, A Manual of Neonatal Intensive Care (pp. 128-178). London: Arnold Publisher.
 
Salim, R. et al. (2009). Predicting lung maturity in preterm of membranes via lamellar bodies count from a vaginal pool: a cohort study. Reproductive Biology and Endocrinology Journal, 7(112): 1-5

No comments:

Post a Comment