Sumber: Satriyo (2013) |
Dipagi hari yang cerah...
Terdengar suara ayam bersaut-sautan memamerkan suara gagahnya dalam berkokok. Burung-burung pun tidak ingin kalah dengan ayam. Mereka pun bercuit-cuitan. Terdengar pula seruan ibu memanggilku.
" Aldi bangun! Sudah pagi nih, nanti kamu terlambat pergi ke sekolah ".
" Ya, Bu! 😪 ".
" Cepetan mandi, pakai baju seragam sekolahnya yang sudah ibu siapkan di kursi 👔. Setelah itu, sarapan. Ibu udah buatin makanan kesukaan kamu nih! Nasi dengan telur mata sapi ".
" Asssyyiikk 😋. Ya, Bu! Aldi mandi dulu ".
Tiba-tiba...
" Bangun Aldi, udah siang ini! Nanti rezekimu dipatuk ayam, kalau bangunnya siang-siang! ".
" Eehmm!! Ya, Bu! ".
" Kalau sudah bangun, lekas cuci muka ya nak! Setelah itu, bantuin ibu jemurin baju di belakang rumah! ".
" Hhooaamm!!! 😫 Ternyata tadi cuma mimpi (gumamku) 😢 ".
" Aldi!!! Bangun nak! 💬 ".
" Ya Bu, Aldi udah bangun kok! ".
Hallo kakak-kakak...
Namaku Aldi Prawira, umurku 11 tahun. Aku tinggal bersama 👪 ayah, ibu, dan satu orang adik yaitu Naira, umurnya 1 tahun. Ayahku setiap harinya mencari barang-barang bekas (rongsokan) dan bila sudah banyak dapat dijual ke pengumpul rongsokan. Kegiatan ini dilakukan ayahku semenjak ia di PHK tiga tahun yang lalu dari tempatnya bekerja dulu. Sedangkan ibuku, hanya ibu rumah tangga biasa.
Aku pun demikian...
Untuk membantu kebutuhan sehari-hari dalam keluargaku, aku juga sama seperti ayah. Mencari barang-barang bekas di jalanan seperti botol bekas dan besi. Bagiku cukup lumayan, bila barang-barang tersebut laku dijual, aku pun mendapatkan uang.
Suatu ketika...
Disaat sedang mencari barang-barang bekas, aku lewat depan gedung sekolahku dulu 🏫. Aku melihat gedung Sekolah Dasar yang indah dihiasi pemandangan anak-anak yang bermain dengan riang gembira. Aku pun pernah merasakan kebahagiaan seperti itu disini. Namun, sekarang tidak lagi. Aku sudah putus sekolah dua tahun yang lalu. Orang tuaku tidak memiliki cukup biaya untukku bersekolah.
Kemudian...
Aku pun pergi meninggalkan gedung sekolah tercintaku itu dan melanjutkan perjalanan untuk mencari barang-barang rongsokan. Di sepanjang jalan, bermodalkan kantong plastik berwarna hitam berlapis dua, aku banyak mendapatkan besi-besi bekas (paku, baut, dan besi besar lainnya) dan juga botol bekas air mineral.
Pada salah satu sudut jalan...
Aku melihat tempat pembuangan sampah terbuka. Walaupun sampah yang nampak hanya sedikit, tetapi di sana aku mendapatkan beberapa botol bekas air mineral dan botol bekas minuman menyegarkan. Aku juga di sana mendapatkan besi-besi bekas seperti kunci, baut, dan engsel yang biasa dipasang di pintu rumah. Aku pun melirik ke sebuah remetan/buntalan kertas. Aku pun mengambilnya. Kemudian, aku mencoba membuka remetan/buntalan kertas tersebut secara perlahan agar menjadi untaian/lembaran kertas utuh.
Dan ternyata...
Ada dua lembaran kertas 📃. Pertama, terdapat ringkasan tulisan bahasa asing (inggris). Kedua, terdapat ringkasan hitung-hitungan (matematika). Aku pun melihat ringkasan-ringkasan tersebut. Mencoba memahami apa yang tertera dalam kertas tersebut. Untuk ringkasan matematika, aku paham. Tapi, pada ringkasan bahasa asing (inggris) aku sama sekali bingung. Jangankan arti dari kata per katanya, cara membacanya pun aku masih belum tahu. Disitulah, aku pun murung dan bersedih 😔😢.
Aku pun menangis 😭...
Tapi, hanya meneteskan air mata saja. Berharap waktu bisa diputar kembali. Berharap orang tuaku mempunyai uang yang banyak. Berharap aku tidak akan pernah putus sekolah. Karena pada dasarnya, dalam lubuk hatiku 💬, aku ingin kembali bisa bersekolah 📚🏫.
DAFTAR REFERENSI:
Satriyo, A. B. (2013). Perancangan film kartun " maka terpilihlah presiden yang pernah miskin " menggunakan teknik 2d hybrid animation. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Amikom Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment