Wednesday 8 April 2020

Tawar Menawar Buah Pisang

Hallo...
Selamat malam sobat...
Apa kabarnya hari ini?
Ayo, sobat sekalian sudah pada cuci tangan belum πŸ‘€?
Yang habis dari luar rumah, yang habis memegang benda sekitar/lingkungan luar rumah, yang habis beli makanan di Warteg dan belinya dibungkus (dimakan di kosan), yang lagi mau makan, atau apapun itu...
Ingat ya sobat, biasakan cuci tangan dengan sabun agar sobat sekalian terhindar dari kuman, bakteri, ataupun virus yang membawa berbagai penyakit...
Alhasil, sobat sekalian akan sakit...
Hal tersebut akan author ingat untuk diri sendiri...

Buah pisang...
Sobat sekalian sudah pasti tahu kan dengan buah yang satu ini. Buah pisang merupakan salah satu buah kesukaan (favourite) author loh!
Mungkin buah favorit sobat sekalian ada yang sama dengan author? Atau malah ada yang tidak suka bahkan phobia dengan buah tersebut? ➝ Tulis dalam kolom komentar ya, mengapa sobat sekalian suka makan buah pisang, tidak suka atau bahkan phobia dengan buah pisang.

Sekilas tentang buah pisang...
Pisang merupakan buah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Buah ini menjadi konsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan gizi harian. Buah pisang merupakan buah yang tidak awam lagi di masyarakat Indonesia. Buah pisang merupakan salah satu buah yang melimpah di Indonesia karena memiliki sifat yang cocok dengan iklim pertumbuhan di Indonesia (Arifki & Barliana, 2018). Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar keenam di dunia. Di Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena 50% dari produksi pisang Asia dihasilkan oleh Indonesia dan setiap tahun produksinya terus meningkat. Pisang memiliki banyak kandungan gizi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin yaitu vitamin C, B kompleks, B6 dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Selain itu, pisang merupakan jenis buah yang mengandung banyak senyawa kimia yang bersifat antioksidan maupun antibakteri (Nurhidayah, 2009). Buah pisang dapat digolongkan dalam 4 kelompok meliputi pisang yang dapat langsung dimakan setelah matang atau pisang buah meja (pisang susu, hijau, mas, raja, ambon kuning, ambon, barangan); pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu (pisang tanduk, uli, bangkahulu, kapas); pisang yang dapat dimakan setelah matang atau diolah dahulu (pisang kepok dan raja); serta pisang yang berbiji dapat dimakan sewaktu masih mentah (pisang batu atau pisang klutuk atau pisang biji) (Putri et al, 2015).

Ini kok artikelnya tentang buah pisang?
Dari tadi yang dibahas hanya buah pisang?
Sebenernya author mau posting terkait apa sih πŸ˜’?

Oke, ini pengalaman author terkait tawar menawar buah pisang. Pengalaman tawar menawar ini bukan yang pertama bagi author. Dalam proses jual beli kegiatan tawar menawar adalah hal yang lumrah/wajar/sah-sah saja. Hanya saja, kali ini sedikit unik 😜.

Malam ini, author merasa cukup lapar. Dengan keadaan ini, author putuskan untuk keluar kosan. Membeli sesuatu yang bisa dimakan (mengganjal perut). Entah itu makanan berat (nasi), buah-buahan, ataupun camilan πŸ˜‹. Author pun bersiap-siap. Memakai baju kaos berwarna cream yang dilapisi jaket hoodie berwarna biru dongker, celana pendek berwarna abu-abu, sandal berwarna biru dongker, serta tidak ketinggalan HP πŸ“± + earphone. Sebelum keluar kamar kosan, minimal 2-3 kali semprot minyak wangi dibaju. Ya, biar tambah wangi gitu 😁.

Akhirnya, author pun keluar kosan dengan menggunakan motor. Sepanjang perjalanan, author ditemani oleh lantunan lagu/musik yang diputar melalui HP yang didengarkan melalui earphone. Hal pertama yang terlintas dibenak author adalah membeli buah. Buahnya pun sudah author putuskan yaitu buah pisang. Lihat kiri-kanan jalan mencari penjual buah-buahan sambil dalam berkendara. Tidak lama kemudian, ketemu juga penjual buah-buahan. Dan, si buah pisang terpampang nyata dong, tergantung-gantung banyak di sana. Author pun menghentikan kendaraan dan melepas earphone yang tertancap di telinga kiri dengan lagu/musik masih tetap didengarkan.

" Bu, berapaan nih buah pisang, sesisir (menunjuk buah pisang yang digantung sebelah kiri)? (tanya author) ".
" Kalau yang itu, Rp 15.000 dek! (jawab si penjual buah) ".
" Kalau yang ini Bu (menunjuk buah pisang yang digantung sebelah kanan)? (tanya author) ".
" Sama juga dek, yang itu juga Rp 15.000 (jawab si penjual buah) ".

Setelah dilihat-lihat, dipegang, diputar-putar (lihat depan-belakang), serta lihat warna kulitnya. Author putuskan memilih buah pisang yang digantung sebelah kiri.

" Ibu, gak bisa kurang? (mulai nih teknik tawar menawar) ".
" Aduh dek, gak bisa, pas segitu, semua-semua pada naik harganya! (ngeles si penjual buah) ".
" Dua sisir ya Rp 15.000? (kembali menawar) ".
" Kalau adek mau beli dua sisir ya Rp 30.000, gak kurang lagi (jawab si penjual buah) ".
" Rp 15.000 ya Bu, dua sisir saya ambil, dah malem Bu, penglarislah (niat banget nih author, berharap sesisir buah pisangnya Rp 7.500) πŸ˜… ".
" Belum dapet dek (jawab si penjual buah sambil senyum-senyum tipis) 😊 ".
" Eehmm, ya udah Bu, pas nya berapa kalau sesisir, Rp 7.500 ya? (masih berusaha untuk menawar) ".
" Masih belum dapet dek, sesisir Rp 15.000! (kekeh si penjual buah) ".

Author tetap berusaha untuk melakukan tawar menawar. Walaupun demikian, si penjual buah tetap kekeh juga mempertahankan harga penjualannya. Author punya ide untuk memodifikasi teknik tawaran yaitu dengan sedikit menaikkan harga tawaran pertama yang author ajukan.

" Pasnya jadi berapa Bu, udah Rp 10.000 ya, saya ambil/beli yang ini? (pinta author sambil menunjuk buah pisang yang digantung sebelah kiri) ".
" Eehmm, yang mana dek, oh yang itu, ya dek masih belum dapet loh, udah Rp 15.000 ya! (jawab si penjual buah) ".
" Ya ampun, jualan ibu ini gak bisa ditawar, ya minimal bisalah digoyang-goyang dikit (bergumam dalam hati) ". " Ya udah Bu, gak apa-apa deh, saya (maksudnya author) beli yang ini ya, sesisir aja (menunjuk buah pisang yang digantung sebelah kiri) ".

Akhirnya, author pun tetap jadi membeli sesisir buah pisang dengan kesepakatan harganya Rp 15.000. Sambil menunggu buah tersebut dipersiapkan oleh si penjual buah (memotong tali gantungan dan meletakkan sesisir buah pisang tersebut ke dalam kantong plastik berwarna hitam), author pun menyiapkan uang untuk membayarnya. Author pun merogoh ke dalam saku jaket dan mengambil uang dengan pecahan nilai Rp 20.000.

" Ini Bu uangnya (memberikan uang Rp 20.000 kepada penjual buah) ".
" Oke, tunggu sebentar ya (menerima uang yang author berikan dan pergi ke belakang untuk mengambil uang kembaliannya) ".

Sambil menunggu si penjual buah mengambil uang kembaliannya. Author pergi menghampiri motor untuk menaruh buah pisang yang sudah author beli tadi. Tidak lama kemudian, si ibu penjual buah tadi memanggil author.

" Ini dek, uang kembaliannya! (penjual buah memberikan uang kepada author dengan pecahan nilai Rp 10.000) ". Dan berkata " udah tidak apa-apa Rp 10.000 ".

Nah, disini uniknya...
Bukankah seharusnya uang kembalian author Rp 5.000? Ini kok Rp 10.000?
Pernyataan yang dikatakan oleh si penjual buah tadi, terdengar samar-samar (bicaranya pelan) karena posisinya author masih menggunakan earphone, ya walaupun yang sebelah kiri masih terlepas.

Kalau seperti ini, berarti tawar menawar author diterima dong πŸ˜…....
Jadi, harga sesisir buah pisang Rp 10.000 bukan Rp 15.000.  Rasanya ingin sekali author konfirmasi, satu sisi takutnya si penjual buah salah memberikan uang kembalian (kelebihan). Tapi, disisi lain bagi author, lumayanlah dan siapa tahu juga si ibu penjual buah tersebut memang memberikan harga sesisir buah pisang itu Rp 10.000 (mungkin luluh juga akhirnya karena author kekeh banget buat menawar) 😁.

Tapi, rasa dihati tidak enak πŸ˜”...
Ya udahlah, author mencoba untuk konfirmasi. Pada saat ingin konfirmasi (bertanya), eh si penjual buah tersebut ke belakang dan kembali lagi ke depan (jualan) karena ada pembeli lain (dua orang ibu-ibu). Dan akhirnya, gak jadi deh untuk konfirmasi. Si penjual buah itu lagi sibuk dengan para pembeli lainnya πŸ˜„.

Author pun menghidupkan motor, memasang kembali earphone di telinga sebelah kiri, lalu pergi meninggalkan toko buah tersebut, dan berdoa semoga jualan ibu itu (si penjual buah) laris manis.
Amin πŸ™πŸ™πŸ™.

Tidak lupa, di tengah perjalanan, sebelum pulang ke kosan, author pun membeli makan berat yaitu nasi + ayam geprek πŸ˜‹.

Buah Pisang dalam Postingan


















DAFTAR REFERENSI:

Arifki, H. H., & Barliana, M. I. (2018). Karakteristik dan manfaat tumbuhan pisang di indonesia : review artikel. Jurnal Farmaka, 4, 1–15.

Nurhidayah, S. (2009). Perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak daging pisang raja (musa aab 'pisang raja') dengan vitamin a, vitamin c, dan katekin melalui penghitungan bilangan peroksida. Journal UI, 1–5.

Putri, T. K., Veronika, D., Ismail, A., Karuniawan, A., Maxiselly, Y., Irwan, A. W., & Sutari, W. (2015). Pemanfaatan jenis-jenis pisang (banana dan plantain) lokal jawa barat berbasis produk sale dan tepung. Kultivasi, 14(2), 63–70. https://doi.org/10.24198/kltv.v14i2.12074

No comments:

Post a Comment