Saturday, 30 May 2020

Definisi Infertilitas

Sumber: Munir (September 2, 2019)






















Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak secara mengejutkan dialami oleh 15% - 20% orang dewasa yang sehat. Kondisi ini sering kali menyebabkan individu mengalami gangguan konsep diri seksual. Pasangan dengan kondisi tersebut sering kali meminta bantuan dari tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah dan memperoleh solusi. Sikap, sensitivitas, dan kepedulian anggota tim kesehatan yang terlibat dalam pengkajian gangguan fertilitas menjadi fondasi kemampuan pasien untuk menjalani terapi dan penatalaksanaan berikutnya. Semua anggota tim kesehatan harus menghormati hak pasien untuk memperoleh privasi dan kerahasiaan catatannya (Bobak et al, 2004).

Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (alat kontrasepsi). Hal ini artinya bahwa suatu ketidakmampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak (Bobak et al, 2004). Infertilitas adalah kondisi yang menunjukkan tidak terdapatnya pembuahan dalam waktu satu tahun setelah melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi. Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur dan besar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun. Disamping istilah infertil ada juga istilah fekunditas sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup. Sedangkan di masyarakat, jika seorang perempuan tidak dapat melahirkan anak maka dikatakan (muncul stigma) infertil (Harnani et al, 2019).

Pasangan infertilitas yaitu pasangan yang telah kawin selama 1 tahun dengan kehidupan keluarga harmonis tetapi belum dikaruniai keturunan (kehamilan). Infertilitas dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Infertilitas primer
Suatu keadaan ketika Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menikah lebih dari satu tahun hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan, tetapi belum terjadinya kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak hidup.
2. Infertilitas sekunder
Keadaan dimana Pasangan Usia Subur (PUS) yang sudah mempunyai anak, sulit untuk memperoleh anak lagi, walaupun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan (Harnani et al, 2019).


DAFTAR REFERENSI:

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. (edisi 4). Alih bahasa oleh Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugerah; editor bahasa indonesia oleh Renata Komalasari. Jakarta: EGC.

Harnani, Y., Marlina, H., & Kursani, E. (2019). Teori kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Deepublish.

Munir, M. (2019, September 2). Infertilitas. Retrieved May 30, 2020, from http://www.yankes.kemkes.go.id/read--infertilitas-7828.html

Friday, 29 May 2020

Konsep Klien Kelompok Rentan: Penyalahgunaan NAPZA

Sumber: Hadi (February 6, 2013)


















Menurut Gunawan (2006) narkoba adalah singkatan dari narkotika dan bahan berbahaya, dalam istilah lain ada napza yaitu narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran. Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif adalah bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Pemakai dapat merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek halusinasi, dan memengaruhi suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa kurang percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan, atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi atau bersenang-senang (Yusuf et al, 2015).

Narkoba saat ini menjadi terkenal karena membuat seseorang kecanduan, dan dapat lupa semua hal yang dialami para pecandu narkoba. Pemakai obat-obatan terlarang dan alkohol berpotensi terkena gangguan jiwa. Konsumsi obat dan alkohol merusak sel otak dan ketergantungan yang membuat tubuh terus menagih. Ketagihan ini akan membuat pemakai merasa gelisah, khawatir, tidak tenang, dan kacau. Perilaku gelisah, tidak tenang, dan kacau itu bisa menunjukkan indikasi adanya penyakit gaduh gelisah akut. Perilaku tidak terkontrol ini membahayakan diri pasien dan orang lain, termasuk dokter/perawat yang menangani. Penyakit gaduh gelisah akut ini muncul karena kelainan organik ataupun psikogenik. Kelainan organik disebabkan penyakit/gangguan sistemik, diantaranya panas tubuh tinggi, kekurangan kalium, kekurangan kadar gula darah, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, serta penyakit AIDS. Gangguan sistem pada otak dapat menjadi pencetus kelainan psikogenik, seperti skizofrenia, gangguan mental, gangguan kepribadian, dan gangguan stres pascatrauma (Sukandarrumidi et al, 2017).

Menurut Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (March 20, 2014), narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif/psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik. Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebas oleh masyarakat. Oleh karena itu, obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam, antara lain:
1. Dampak tidak langsung narkoba yang disalahgunakan
- Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
- Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik.
- Biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
- Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
- Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi atau Drop Out (DO).
- Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan senang berbohong dan melakukan tindak kriminal.
- Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban sebagai umat yang beragama serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
- Bisa dijebloskan ke dalam penjara yang sangat menyiksa lahir batin. Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika berada di penjara. Segala caci-maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda haram tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-apa.
2. Dampak langsung narkoba bagi jasmani (tubuh manusia)
- Adanya gangguan pada sistem tubuh.
- Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dll.
3. Dampak langsung narkoba bagi kejiwaan (mental manusia)
- Menyebabkan depresi mental.
- Menyebabkan gangguan jiwa berat/psikotik.
- Menyebabkan bunuh diri.
- Menyebabkan melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan pengerusakan.

Gambar 1. Rentang respons gangguan penggunaan zat adiktif
Sumber: Yusuf et al. (2015)










Penjelasan menurut gambar di atas, sebagai berikut:
1. Eksperimental
Kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa ingin tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh kembangnya ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf coba-coba.
2. Rekreasional
Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun, dan sebagainya. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebayanya.
3. Situasional
Penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu menggunakan zat bila sedang dalam konflik, stres, dan frustasi.
4. Penyalahgunaan
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran di lingkungan sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun pasien menderita cukup serius akibat menggunakan, pasien tersebut tidak mampu untuk menghentikan.
5. Ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan kondisi toleransi dan sindroma putus zat.

Dalam pemberian pelayanan kesehatan ataupun penerapan pendekatan kesehatan terkait penyalahgunaan narkoba, maka upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba sudah semestinya menjadi tanggung jawab kita bersama. Semua orang sadar bahwa narkoba menggerogoti kesehatan, menggerogoti uang, dan membahayakan kehidupan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, sebagai tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam melakukan pemberantasan penyalahgunaan narkoba dengan sungguh-sungguh.


DAFTAR REFERENSI:

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2014, March 20). Dampak langsung dan tidak langsung penyalahgunaan narkoba. Retrieved February 11, 2019, from https://bnn.go.id/blog/artikel/dampak-langsung-dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba/

Gunawan, W. (2006). Keren tanpa narkoba. Jakarta: Grasindo.

Hadi, I. (2013, February 6). Keterkaitan uu narkotika dengan uu psikotropika. Retrieved May 29, 2020, from https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-narkotika-dengan-uu-psikotropika

Sukandarrumidi, Maulana, F. W., & Rakhman, A. N. (2017). Geotoksikologi: usaha mencegah keracunan akibat bencana geologi dengan studi kasus timbal (pb), merkuri (hg), tembaga (cu), cadmium (cd), arsen (as), dan chromium (cr). Yogyakarta: UGM Press.

Yusuf, Ah., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Tuesday, 26 May 2020

Klasifikasi dan Patofisiologi Kejang Demam pada Anak Usia Toddler

Sumber: Eveline & Djamaludin (2010)


















Menurut Yuliastati et al. (2016) klasifikasi kejang demam, meliputi:
1. Kejang parsial
- Penyebab: cedera kepala, infeksi otak, stroke, tumor, atau perubahan dalam cara daerah otak dibentuk sebelum lahir (disebut dysplasia kortikal).
- Durasi: berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang parsial ini umumnya tidak berulang dalam waktu 24 jam.
- Tipe: umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
- Jenis:
a. Kejang parsial sederhana ditandai dengan kondisi yang tetap sadar dan waspada, gejala motorik terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh. Manifestasi lain yang tampak yaitu kedua mata saling menjauh dari sisi fokus, gerakan tonik-klonik yang melibatkan wajah, salivasi, bicara berhenti, gerakan klonik terjadi secara berurutan dari mulai kaki, tangan, atau wajah.
b. Kejang sensori khusus dicirikan dengan berbagai sensasi. Kebas, kesemutan, rasa tertusuk, atau nyeri yang berasal dari satu lokasi (misalnya wajah atau ekstremitas) dan menyebar ke bagian tubuh lainnya merupakan beberapa manifestasi kejang ini. Penglihatan dapat membentuk gambaran yang tidak nyata. Kejang ini tidak umum pada anak-anak di bawah usia 8 tahun.
c. Kejang parsial kompleks lebih sering terjadi pada anak-anak dari usia 3 tahun sampai remaja. Kejang ini dicirikan dengan timbulnya perasaan kuat pada dasar lambung yang naik ke tenggorokan, adanya halusinasi rasa, pendengaran, atau penglihatan. Individu juga sering mengalami perasaan deja-vu. Penurunan kesadaran terjadi dengan tanda-tanda individu tampak linglung dan bingung, dan tidak mampu merespons atau mengikuti instruksi. Aktivitas berulang tanpa tujuan dilakukan dalam keadaan bermimpi, seperti mengulang kata-kata, menarik-narik pakaian, mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, atau bertindak agresif (kurang umum pada anak-anak). Anak dapat merasa disorientasi, konfusi, dan tidak mengingat fase kejang pada saat pasca kejang.
2. Kejang umum
- Penyebab: kejang fokal atau parsial satu sisi, atau didahului kejang parsial.
- Durasi: berlangsung lama (lebih dari 15 menit), berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
- Tipe: kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.
- Jenis: kejang tonik-klonik, kejang atonik, kejang akinetik, dan kejang mioklonik.

Klasifikasi kejang demam  menurut Fukuyama, yaitu:
1. Kejang demam sederhana, kriterianya:
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi.
b. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun.
c. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit.
d. Kejang tidak bersifat fokal.
e. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca-kejang.
f. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan.
g. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
2. Kejang demam kompleks
Bila kejang demam tidak memenuhi kriteria dari kejang demam sederhana atau bisa disebut kebalikan dari kriteria kejang demam sederhana misalnya durasi, kejang demam kompleks berlangsung lebih dari 20 menit, bersifat fokal, dll (Lumbantobing, 2004).

Bahasan selanjutnya mengenai patofisiologi dari kejang demam. Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular.
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat C, sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40 derajat C atau lebih (Ngastiyah, 2005).


DAFTAR REFERENSI: 

Eveline & Djamaludin, N. (2010). Panduan pintar merawat bayi dan balita. Jakarta: WahyuMedia. 

Lumbantobing, S. M. (2004). Kejang demam (febrile convulsions). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.

Yuliastati, Arnis, A., & Nining. (2016). Modul bahan ajar cetak keperawatan: keperawatan anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Saturday, 23 May 2020

Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah: Merayakan Hari Kemenangan Tahun Ini Sangat Berbeda Dari Tahun Sebelumnya

Sumber: Himsa (December 25, 2017)














Sebagai perantau, pastinya akan rindu kampung halaman...
Sejauh manapun kita merantau, pastinya ada keinginan untuk pulang ke kampung halaman...
Entah itu ke luar kota ataupun ke luar negara...
Entah itu karena pendidikan ataupun mencari pekerjaan yang layak, dimana hal tersebut menjadi salah satu alasan dalam merantau...

Rindu akan keluarga...
Rindu akan kekasih/pacar...
Rindu akan teman/sahabat...
Rindu akan kerabat/saudara...
Semua itu menjadi alasan kuat akan rindu kampung halaman...

Sebentar lagi hari raya kemenangan umat islam di Indonesia bahkan di seluruh penjuru dunia akan segera tiba...
Setelah satu bulan penuh berpuasa di bulan suci ramadan tahun ini, kita semua akan merayakan hari kemenangan yaitu Hari Raya Idul Fitri 1441 H...

Namun...
Kali ini, ditahun ini...
Sungguh sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya...
Dimana seperti tahun kemarin, aku melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman dengan ditemani sepeda motor kesayanganku...
Membawa barang-barang dan juga oleh-oleh untuk keluargaku di kampung halaman tercinta...
Sedangkan, tahun ini aku tidak bisa mudik (pulang ke kampung halaman tercintaku)...

Kondisi saat ini pun masih pandemi akan coronavirus atau penyakit COVID-19...
Dengan berbagai pertimbangan dan adanya anjuran pemerintah untuk tidak melaksanakan perjalanan mudik atau pulang ke kampung halaman...
Hal inilah yang membuat diriku harus menahan kerinduan untuk bertemu keluarga di momen spesial tahun ini...
Ditambah lagi, kawasan wilayah dimana aku tinggal saat ini termasuk ke dalam Zona Merah akan pandemi coronavirus atau penyakit COVID-19...
Apalagi jika melihat grafik perkembangannya, setiap hari malah semakin bertambah kasus yang dinyatakan terinfeksi (positif) dan kasus yang meninggal akibat wabah ini...

Di zaman modern saat ini...
Tentunya kemajuan teknologi dan informasi sudah tidak diragukan lagi...
Tidak bisa bertemu secara langsung pun tidak menjadikan suatu kendala dalam meningkatkan silaturahmi...
Ada beberapa aplikasi media sosial yang dapat diandalkan guna bertatap muka secara visual (online) seperti WhatsApp Messenger, Google Duo, ZOOM Cloud Meetings, Microsoft Teams, dll...

Karena keasyikkan menulis, lupa memperkenalkan diri...
Perkenalkan, namaku Dinda (27 tahun)...
Tahun ini merupakan tahun ke-4 aku sebagai perantau...
Tidak lain, tidak bukan, karena alasan pekerjaan yang membuatku harus jauh dari keluarga serta kampung halaman tercintaku...

Bagiku...
Bertatapan via online tidak dapat menggantikan kehangatan dalam kebersamaan yang sesungguhnya...
Namun, apa mau dikata...
Situasi saat ini sangat memprihatinkan...
Tidak hanya di negara kita tercinta ini, bahkan dunia pun masih berjibaku dalam pemberantasan pandemi ini...
Wahai para pejuang 💬...
Wahai para pahlawan 💬...
Semangat 💪...
Terima kasih atas dedikasimu!!!

Mari kita bersama-sama...
Saling menguatkan satu sama lain...
Dan berdoa semoga pandemi ini dapat terselesaikan secepatnya...
Agar kita semua dapat melakukan segala aktivitas dengan nyaman dan aman, seperti sebelum pandemi ini muncul...
Kita pun bisa kembali berkumpul bersama keluarga, kekasih/pacar, teman/sahabat, kerabat/saudara. dan bahkan bisa melaksanakan perjalanan mudik atau pulang ke kampung halaman...
Amin 🙏...


DAFTAR REFERENSI:

Himsa. (2017, December 25). Gambar animasi vespa klasik. Retrieved May 23, 2020, from https://gambar-k.blogspot.com/2017/12/gambar-animasi-vespa-klasik.html

Memasak Ketupat Secara Tradisional: Menggunakan Kayu Bakar

Hallo sobatku...
Bagaimana kabar kalian hari ini?
Masih kuat kan ibadah puasa ramadannya?
Ayo semangat 💪...
Sebentar lagi, kita semua akan merayakan hari kemenangan setelah berpuasa penuh di bulan suci ramadan tahun ini 🙌👏👍...

Sudah beli baju barukah 👔👖?
Kue lebaran sudah ada 🍪🍮?
Bagi sobat sekalian yang sudah bekerja pasti tidak asing dengan istilah Tunjangan Hari Raya (THR), kira-kira dapat berapa THR tahun ini 💰? Lebih besar dari tahun kemarin? Atau sama saja?
Tetapi, perlu diingat sobat...
Berapa pun THR yang kalian dapatkan dari tempat sobat sekalian bekerja, Alhamdulillah...
Ucap syukur atas segala limpahan rezeki yang telah diberikan...

Postingan author kali ini bukan tentang THR ya sobat...
Melainkan hal yang lain...
Berbau-bau makanan...
Makanan ini sangat khas disajikan pada saat hari raya khususnya di masyarakat Indonesia...
Bisa dibuat sendiri ataupun beli yang sudah jadi (matang)...
Bahan utamanya adalah beras...
Yappzz...
Kalian benar...
Makanan yang dimaksud adalah ketupat...
Author ingin sedikit bercerita tentang pengalaman terkait ketupat...

Dulu...
Kelompok masyarakat di lingkungan sekitar author tinggal, bila waktu menjelang hari raya sudah dekat, mereka akan menyambutnya dengan riang gembira...
Dan tentunya akan sangat sibuk mulai dari membuat kue, membuat ketupat, membuat opor ayam, membuat rendang, dll...
Begitu juga yang terjadi dalam keluarga author...

Dulu...
Orang tua author rajin membuat ketupat sendiri...
Tak jarang bahkan anyaman ketupat yang dari daun kelapa yang masih muda (janur) pun dibuat sendiri...
Teringat dulu, author pun ikut mencoba membuat anyaman tersebut, tapi tidak bisa-bisa alias gagal melulu (tak pandailah 😅)...
Daripada membuat kacau anyaman, menyia-nyiakan daun kelapa, author pun membantu hal lain saja yaitu memasukkan beras ke dalam tempat ketupat yang sudah sempurna dianyam...
Dan jumlah beras yang dimasukkan pun ternyata punya takarannya (tidak boleh sampai penuh dan juga tidak boleh terlalu sedikit)...

Setelah memasukkan beras ke dalam semua anyaman ketupat, tiba saatnya untuk proses memasak...
Nah, disini yang author suka...
Dulu, proses memasak ketupat ini sangat unik...
Memasak di luar rumah, menggunakan batu bata yang sudah disusun rapi (ehhmm 💭, kira-kira membentuk huruf " n " kecil), dan kayu bakar...

Sumber: " Ketupat " (n.d.); Ulum (August 20, 2018)




















  

Kala itu...
Author tidak berpikir untuk bermain, melainkan senang bisa membantu terkait membuat ketupat sampai matang...
Panci yang berisi ketupat sudah disiapkan dan diletakkan di atas susunan batu bata tersebut...
Beberapa potong kayu bakar sudah diletakkan...
Dengan sedikit menyiramkan minyak tanah pada kayu bakar tersebut...
Lalu, hidupkan korek api dan arahkan ke kayu bakar...
Dan akhirnya, api pun berkobar-kobar menyala terang...

Pengawasan pun tak boleh lengah...
Lama-kelamaan kayu bakar tersebut pun akan habis dilahap si jago merah...
Dulu pernah, agar api terus menyala author masukkan sampah-sampah seperti daun-daun kering, kertas, plastik, dll 😁😁...
Pernah juga, apinya padam dan author lupa memasukkan tambahan kayu bakarnya 😅😂...
Tapi, tenang...
Kala itu, author sudah diberitahu sebelumnya...
Jika apinya padam, masukkan 1-2 batang kayu bakar, letakkan di sekitar bara api, lalu ditiup-tiup...
Dan benar, api pun menyala kembali...
Namun, jika cara tersebut sudah dilakukan berulang-ulang, apinya masih tidak menyala...
Siram kembali saja dengan sedikit minyak tanah...

Tak terasa hari pun sudah sore...
Saat menjelang buka puasa, ketupat sudah matang 😋...
Opor ayam dan rendang pun sudah siap 😋 (masaknya di dalam rumah menggunakan kompor 😊)...
Buka puasa dihari terakhir pun dengan menyantap semua makanan tersebut...
Yeaahhh,,Mantap!!!
Selamat Merayakan Hari Kemenangan 🙏...


DAFTAR REFERENSI:

Ketupat, lebaran di indonesia, ketupat sayur gambar png. (n.d.). Retrieved May 23, 2020, from https://www.pngdownload.id/png-bngcqz/

Ulum, B. (2018, August 20). Masak pakai kayu lebih nikmat rasanya. Retrieved May 23, 2020, from https://www.kompasiana.com/penaulum/5b7a8dee12ae9421591c3ca4/masak-pakai-kayu-lebih-nikmat-rasanya


Terlepas dari semua itu, tiba saatnya untuk merayakan hari kemenangan...
Atas nama pribadi dan sebagai author cadobalog mengucapkan...
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah...
Mohon Maaf Lahir dan Batin 🙏...

Terserah Elu Orang Bilang Apa

Sumber: " Wallpaper 3d emoji " (January 1, 2018)






















Orang : " Elu jelek! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu bolot! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu jahat! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu cebol! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu rakus! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gak punya temen! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu bangke! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gak punya cewek! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gak punya cowok! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gak laku-laku! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gak jelas! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gay/homo! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu lesbi! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gak punya hati! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu bangsat! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu miskin! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu kaya ➞ maksudnya kayak monyet! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu menel! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu tomboi! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu feminim! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu banci/bencong/lekong! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu mata duitan! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu janda! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu duda! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu pemilih! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu agresif! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu posesif! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu bodoh/tolol! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu kepinteran! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu bau! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu kewangian! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu banyak bacot! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu pendiem! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu introvert! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu ekstrovert! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu cacingan! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu kremian! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu kurus/ceking! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu gemuk/gendut! "
Gue : " Terserah! "
Orang : " Elu garing bro/sis! "
Gue : " Terserah! "

Gue : " Elu orang ngapain ngurusin kehidupan gue! "
Orang : " Terserah! "
Gue : " Elu orang ngapain bilang kayak gitu! "
Orang : " Lagi gabut! "
Gue : " Senasib! Gue nulis kayak ginian juga lagi gabut! 😀😁😅😂😜 "

Tokoh dalam cerita ini:
∴  Gue ➞ Gabut
∴  Orang ➞ Gabuters


DAFTAR REFERENSI:

Wallpaper 3d emoji. (2018, January 1). Retrieved May 23, 2020, from https://modwallpaper.blogspot.com/2018/01/wallpaper-3d-emoji.html

Konsep Teoritis (Culture Care) Leininger: Bagan Teori (Sunrise Model)

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, maka perawat harus mempertimbangkan kultur atau budaya mereka. Ketidakmampuan memahami budaya orang lain/pasien akan menyebabkan perawatan mengalami “ culture shock ” atau penolakan. Culture shock terjadi apabila seseorang memasuki/berhubungan dengan kelompok budaya yang berbeda. Seseorang tersebut akan merasa tidak nyaman, merasa tidak berguna dan mengalami disorientasi sebab adanya perbedaan nilai budaya, kepercayaan dan praktik culture shock mengakibatkan kemarahan. Keadaan ini dapat dihindari dengan mempelajari terlebih dahulu kebudayaan suatu tempat, individu, kelompok sebelum kita masuk ke tempat tersebut. Leininger menyebut asuhan keperawatan berbasis budaya dengan istilah asuhan budaya atau etnonursing (Aini, 2018).

Teori Leininger tentang keragaman pelayanan berdasarkan kultur dan universalitas menyatakan bahwa kasih sayang merupakan inti dari keperawatan, dominan, karakteristik, dan ciri khas keperawatan. Faktor sosial, seperti kepercayaan klien, politik, kultur, dan tradisi merupakan faktor signifikan yang memengaruhi pelayanan, kesehatan klien, dan bentuk penyakit. Tujuan teori Leininger adalah menyediakan bagi klien pelayanan kesehatan spesifik secara kultural. Untuk memberikan asuhan keperawatan bagi klien dengan kultur tertentu, perawat perlu memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai, dan kepercayaan ke dalam rencana perawatan (Potter & Perry, 2009).

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model). Pada sub pokok bahasan ini, akan lebih dijelaskan mengenai bagan teori dari sunrise model.

Gambar 1. Sunrise model
Sumber: Andrews & Boyle (2016)






















Berdasarkan 7 komponen yang ada pada sunrise model, dapat dijelaskan bahwa:
1. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali (Afifah, n.d.).

Menurut Aini (2018), sunrise model mempunyai 4 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat I
Terdiri dari 3 aspek yaitu perawatan berdasarkan budaya, pandangan global, dan dimensi struktural sosial budaya. Tingkat ini merupakan pengumpulan data/informasi tentang struktur sosial dan gambaran global budaya pasien. Data yang dikumpulkan antara lain konteks bahasa dan lingkungan, teknologi, filosofi/agama, hubungan keluarga, struktur sosial, nilai budaya, politik, sistem hukum, ekonomi, serta pendidikan.
2. Tingkat II
Sebagai tambahan informasi dari Tingkat I untuk menentukan situasi di mana klien berada, apakah dia sendirian, dengan keluarga dalam kelompok atau dalam lembaga sosial budaya. Pada tingkat ini, perawat melakukan pengkajian tentang apakah pasien hidup sendiri, apakah pasien hidup bersama keluarga, apakah pasien hidup dalam kelompok, apakah pasien hidup dalam lembaga.
3. Tingkat III
Berisi tentang perlunya mengenal keberadaan klien dalam nilai dan sistem kesehatan, kepercayaan, perilaku dalam kelompok, peranan profesi keperawatan dalam sistem kesehatan. Pada tingkat ini, perawat melakukan pengkajian tentang nilai kesehatan, sistem kesehatan, kepercayaan, perilaku kelompok, dan peran perawat.
4. Tingkat IV
Merupakan kegiatan perencanaan dan implementasi dari kegiatan keperawatan. Terdiri dari 3 model kegiatan, yaitu:
a. Maintenance atau preservasi asuhan kultural
Melibatkan penghargaan yang penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan, dukungan untuk pemulihan dan mempertahankan kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan menghadapi kematian.
b. Negosiasi atau adaptasi asuhan kultural
Melibatkan negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan, dukungan profesional kepada pasien untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap keadaan kesehatan yang dialami dan pola keperawatan untuk meningkatkan status kesehatan pasien.
c. Restructuring atau rekonstruksi asuhan kultural
Melibatkan kerjasama dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan dengan cara bermakna bagi mereka. Kegiatan yang dilakukan berupa membantu pasien merubah perilaku kesehatannya/pola hidup atau memodifikasi untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.


DAFTAR REFERENSI:

Afifah, E. (n.d.). Ringkasan materi: unit 2 keragaman budaya dan perspektif transkultural dalam keperawatan. Retrieved October 7, 2019, from http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf

Aini, N. (2018). Teori model keperawatan: beserta aplikasinya dalam keperawatan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Andrews, M. M. & Boyle, J. S. (2016). Transcultural concepts in nursing care. (7th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamental keperawatan. (edisi 7, volume 1). Alih bahasa oleh Adrina Ferderika; editor bahasa indonesia oleh Dripa Sjabana. Jakarta: Salemba Medika.

Friday, 22 May 2020

Melupakan Sebuah Kenangan Dirasa Sangatlah Sulit

Sumber: Rian (May 1, 2019)















Setiap manusia memiliki akal...
Dan setiap manusia, pasti memiliki daya ingat yang cukup luas...
Tidak hanya intelektual, melainkan juga memori spesial di dalam kehidupannya...
Bisa dibilang memori ini sangatlah berharga bak mutiara di lautan...
Namun, ada beberapa juga yang menganggap memori ini bila dikenang sangatlah menyedihkan bak menyayat hati...
Maksud dari memori disini adalah sebuah kenangan...
Kenangan akan masa lalu...

Seperti yang kita ketahui, bahwa di dunia ini pasti memiliki dua sisi...
Baik-Buruk, Jatuh-Bangun, Kaya-Miskin, dan sebagainya...
Tidak terkecuali pula dengan sebuah kenangan...
Jika kita flashback (mengenang sebuah kenangan di masa lalu), pastinya memiliki sebuah kenangan yang sifatnya membahagiakan dan menyedihkan...
Tapi, sebuah kenangan di dalam kehidupanku ini lebih banyak yang menyedihkan...
Adakah dari kalian yang kenangannya sama sepertiku?
Atau malah ada diantara kalian yang sedang membaca tulisanku ini ikut andil dalam kenanganku yang pahit dan menyedihkan ini?
Entahlah...
Hanya aku, kalian, dan Tuhan yang tahu...

Oke...
Namaku Mogan...
Aku dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana dan sekarang bertempat tinggal di kawasan Jakarta Selatan...
Sebagai perantau, aku tidak akan lupa akan istilah " di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung "...
Sembari memperoleh pekerjaan yang layak, niatku juga untuk keluar dari kenangan yang setiap hari bila teringat akan sangat membuatku bersedih...

Kenangan-kenangan tersebut bila ku tuliskan dan jelaskan, mungkin akan sangat panjang sekali ceritanya...
Salah satu contohnya pada saat sekolah...
Mungkin dari kalian, ada yang tahu tentang bullying?
Ya, aku adalah salah satu orang yang terkena masalah itu...
Jujur saja, dampak dari hal tersebut sangat menyedihkan buatku pribadi...
Bahkan sampai aku pun sama sekali tidak mempunyai teman akrab...
Malu bila berteman denganku...
Dan aku pun akhirnya menutup diri...
Menjalani kehidupan layaknya air mengalir...
Serta mencoba tegar untuk berdiri sendiri...

Dengan harapan, bila aku keluar dari zonaku sekarang...
Merantau ke negeri orang, dimana aku bisa bertemu dengan orang lain yang belum saling kenal...
Aku bisa melupakan kenangan itu dan memulai lembaran baru...
Bagiku, sebuah kenangan memanglah sangat berharga...
Entah itu kenangan kebahagiaan ataupun kesedihan...
Namun, kenangan tetaplah kenangan...
Hal yang ingin dikenang atau sengaja ingin dilupakan...
Yang terpenting adalah saat ini...
Saat ini maksudnya masa sekarang, dimana aku ingin melakukan semua hal yang ingin ku lakukan...
Menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu menghargai diri sendiri...

Lalu, bagaimana dengan kenangan?...
Menurut kalian, kenangan itu lebih baik tetap tersimpan dan dikenang atau lebih baik terbuang jauh-jauh dan dilupakan?
Saat ini, aku mencoba untuk melupakan kenangan yang pernah ada di dalam hidupku...
Namun, kurasa sangatlah sulit...
Di beberapa situasi, entah itu sedang menonton sebuah film, berjalan-jalan, melakukan pekerjaan, makan, minum, tidur, BAB/BAK, dan sebagainya...
Pasti akan berjumpa momen-momen dimana kita terbawa suasana yang berujung pada desakan memori untuk mengeluarkan ingatan akan sebuah kenangan di dalam kehidupan nyata kita yang sebenarnya...
Hal tersebut berlaku pula dalam diriku...


DAFTAR REFERENSI:

Rian, L. (2019, May 1). Video story wa lagu galau: kenanglah aku. Retrieved May 22, 2020, from https://www.youtube.com/watch?v=fOURjXBJSIM

Pasien Dianjurkan Untuk Meninggikan Kaki Melebihi Level Jantung

Sumber: " Injured " (April 1, 2011)






















Pada kasus fraktur atau saat terjadinya cidera, pada dasarnya sel dan matriks tulang tidak mampu memperbaiki diri sendiri secara langsung tanpa bantuan dari jaringan yang berhubungan. Jika tulang mengalami fraktur, reaksi pertama adalah pembentukan hematoma (gumpalan darah yang besar). Pembuluh darah pada area cidera mengalami hemoragi dan pembekuan. Hematoma kemudian diinvasi dengan cara meregenerasi pembuluh darah (Sloane, 2003). Di dalam pengkajian yang tujuannya untuk mengidentifikasi gejala-gejala gangguan sistem muskuloskeletal, salah satunya adalah terjadi pembengkakan. Salah satu penatalaksanaannya adalah dengan istirahat dan meninggikan bagian yang sakit guna mengurangi bengkak dan pembekuan (Risnanto & Insani, 2014).

Mengangkat kaki lebih tinggi dari jantung diharapkan penumpukan darah di ekstremitas bawah tidak terjadi karena darah akan mengalir dari kaki ke jantung, darah balik akan terpelihara, tekanan darah tidak turun. Hal ini dimungkinkan karena dengan posisi kaki lebih tinggi daripada jantung maka energi gravitasi di kaki lebih besar, tahanan pembuluh darah vena sentral lebih rendah daripada vena perifer dan adanya system katup yang senantiasa memungkinkan darah selalu mengalir ke jantung. Normal volume darah manusia sekitar 70-75 ml/kgBB. Volume darah didistribusikan diantara intra thorak (15%) dan ekstra thorak (85%). Prosentase terbanyak ekstra thorak berada didalam sistem vena (70%) sekitar 2500 ml, arteri (10%) dan kapiler (5%). Pada keadaan normal, pada posisi berdiri dimana kaki tidak bergerak, sistem vena pada kaki bisa berisi darah sampai 500 ml (Purnawan, 2015).

Elevasi kaki merupakan pengaturan posisi dimana anggota gerak bagian bawah diatur pada posisi lebih tinggi dari pada jantung. Kondisi tersebut merupakan suatu upaya untuk membuat suatu perbedaan tekanan antara ujung kaki dan bagian badan atau jantung. Pada saat ada hilangnya tonus otot vena, maka darah dalam pembuluh darah bersifat seperti cairan yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, tetapi pada aliran darah dari kaki untuk sampai ke jantung akan melewati hambatan dari tekanan abdomen. Oleh karena itu maka ketinggian dari elevasi kaki perlu diperhitungkan. Elevasi kaki akan menyebabkan adanya perbedaan tekanan antara ujung kaki dan bagian jantung atau badan serta menimbulkan efek dari gaya gravitasi. Dengan adanya elevasi kaki diharapkan tekanan di ujung kaki lebih tinggi daripada badan atau jantung. Harapan dari posisi tersebut akan menghindarkan adanya penumpukan darah pada ekstremitas bawah sehingga aliran darah balik ke jantung tetap terpelihara dengan baik dan ketidakstabilan tekanan darah berupa penurunan tekanan darah atau hipotensi tidak sampai terjadi (Purnawan, 2015).


DAFTAR REFERENSI: 

Injured. (2011, April 1). Retrieved May 21, 2020, from https://www.mobilesmspk.net/wallpaper/comedy/injured_1546

Purnawan, I. K. (2015). Skripsi: pengaruh elevasi kaki terhadap kestabilan tekanan darah pada pasien dengan spinal anestesi. Denpasar: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

Risnanto & Insani, U. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah: sistem muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Alih bahasa oleh James Veldman; editor bahasa indonesia oleh Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC.

Thursday, 21 May 2020

Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan. Tanpa tulang, tubuh manusia tidak dapat tegak berdiri. Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka dan otot, manusia dapat melompat, berjalan, berlari, dan sebagainya (Risnanto & Insani, 2014).

Gambar 1. Kerangka muskuloskeletal
Sumber: Risnanto & Insani (2014)






















Menurut Risnanto & Insani (2014), sistem muskuloskeletal adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggung jawab atas pergerakkan berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota badan dalam lingkup gerakkan sendi tertentu. Komponen muskuloskeletal terdiri dari:
1. Tulang
- Berasal dari embrionic hyaline cartilage.
- Klasifikasi : tulang panjang, tulang pendek, tulang pendek datar, tulang yang tidak beraturan, dan tulang sesamoid.
- Tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral.
- Fisiologi : mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh, melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak, memberikan pergerakkan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakkan), membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang (hematopoiesis), serta menyimpan garam mineral (misalnya kalsium, fosfor).

Gambar 2. Bone remodelling
Sumber: Peate & Nair (2015)










Gambar 3. Bone growth
Sumber: Peate & Nair (2015)








2. Otot
- Merupakan jaringan peka rangsangan (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik, dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial.
- Jenis : otot lurik, otot polos, dan otot jantung.

Gambar 4. Muscle tissues
Sumber: Peate & Nair (2015)


















3. Kartilago
Merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat namun fleksibel dan avaskuler.
4. Ligament
- Merupakan pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen.
- Tipe : ligament tipis dan ligament jaringan elastik kuning.
5. Tendon
Merupakan tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen).
6. Fascia
Merupakan pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot saraf dan pembuluh darah.
7. Bursae
Suatu kantong kecil dari jaringan konektif lokal yang mempunyai tekanan dimana membantu dalam pergerakkan.
8. Persendian
Semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain maupun tidak.

Gambar 5. Joint types
Sumber: Peate & Nair (2015)






















Menurut Sloane (2003), rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka dapat digolongkan menjadi:
1. Rangka aksial
Terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
2. Rangka apendikular
Terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangka aksial.
3. Persendian
Artikulasi dari dua tulang atau lebih.

Gambar 6. The skeleton: axial and appendicular
Sumber: Peate & Nair (2015)




















Pada bahasan ini, akan dijelaskan mengenai rangka apendikular. Rangka apendikular terdiri dari:
1. Girdel pektoral
Memiliki dua tulang, klavikula dan skapula.
2. Lengan atas
Tersusun dari tulang lengan (humerus), tulang lengan bawah (ulna dan radius), dan tulang tangan (karpus/karpal).
3. Girdel pelvis
Terdiri dari dua tulang panggul (disebut juga ossa koksa/tulang tanpa nama, atau tulang pelvis) yang bertemu pada sisi snterior simfisis pubis dan berartikulasi di sisi posterior dengan sakrum.
4. Tungkai bawah
Secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara girdel pelvis dan lutut adalah paha; bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah tungkai. Pada tungkai bawah terdapat femur, tulang tungkai (tulang tibia/besar dan tulang fibula/kecil), serta tulang tarsal (Sloane, 2003).

Gambar 7. Bones of the leg: the right tibia and fibula are shown
Sumber: Putte et al. (2016)



















DAFTAR REFERENSI:

Peate, I. & Nair, M. (2015). Anatomy and physiology for nurses at a glance. UK: John Wiley & Sons, Ltd.

Putte, C. V., Regan, J., & Russo, A. (2016). Seeley’s essentials of anatomy & physiology. (9th ed.). USA: McGraw-Hill Education.

Risnanto & Insani, U. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah: sistem muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Alih bahasa oleh James Veldman; editor bahasa indonesia oleh Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC.