Wednesday, 29 April 2020

Anatomi Sistem Pernapasan (Respirasi)

Pernapasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh, tetapi sebagian besar sel-sel tubuh tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, karena sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut (Price & Wilson, 2005).

Gambar 1. Struktur sistem pernapasan
Sumber: Purba (2011)










  

Secara anatomi, sistem respirasi terbagi menjadi saluran napas atas dan saluran napas bawah.

Saluran napas atas terdiri dari:
1. Hidung
Udara masuk melalui lubang hidung melewati vestibula nasalis menuju rongga hidung. Dibagian luar hidung terdapat rambut-rambut hidung sehingga disini udara akan mengalami penghangatan, pelembaban dan penyaringan. Selain itu hidung juga berfungsi sebagai organ penciuman.

Gambar 2. Struktur hidung
Sumber: Purba (2011)


















2. Pharynx
- Berdasarkan letaknya, pharynx terdiri dari tiga bagian, yaitu nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
- Nasopharynx terletak posterior rongga hidung, terdapat tonsila (suatu organ limfoid yang berfungsi menghancurkan pathogen).
- Oropharynx, terletak posterior dari rongga mulut, juga terdapat tonsil dan lubang yang menghubungkan daerah oropharynx dengan telinga tengah, yaitu ostium tuba pharyngotympanica (tuba eustachius).
- Laryngopharynx, terletak posterior pintu masuk laring yang berlanjut sebagai esophagus.

Sedangkan saluran napas bawah terdiri dari:
1. Larynx
- Dibentuk oleh sembilan tulang rawan yang dihubungkan satu sama lain oleh ligament dan membran.
- Diantara kartilago tersebut terdapat tulang rawan yang cukup besar, yaitu epiglottis, cartilago thyroidea, dan cartilago cricoidea.
- Pada larynx terdapat struktur-struktur yang berhubungan dengan suara, yaitu plica vestibularis dan plica voccalis.
2. Trachea
- Mempunyai 6-20 cincin cartilago hyalin yang berbentuk C.
- Bercabang menjadi dua buah bronchus primer.
- Terdapat benjolan pada akhir trachea yang disebut dengan carina.
3. Bronchus
Terdapat bronchus principalis (primer) dan bronchus lobaris (sekunder).
4. Paru-paru
- Menempati rongga toraks, lateral dari mediastinum.
- Berbentuk seperti kerucut dengan apeksnya menonjol hingga ke daerah leher dan basisnya (permukaan inferior) berhadapan dengan diafragma.
- Permukaan anterior, lateral dan posterior paru dilindungi oleh iga.
- Permukaan medialnya berhadapan dengan mediastinum, pada permukaan ini terdapat hilus paru, tempat keluar masuknya bronchus, pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
- Paru kanan (lobus superior, lobus media, dan lobus inferior).
- Paru kiri (lobus superior dan lobus inferior).

Gambar 3. Struktur anatomi paru
Sumber: Kusumaningtyas (n.d.)
















DAFTAR REFERENSI:

Kusumaningtyas, S. (n.d.). Penuntun praktikum anatomi ilmu biomedik dasar rik: anatomi sistem kardiovaskular dan respirasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Price, S. A. & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa oleh Brahm U. Pendit, Huriawati Hartanto, Pita Wulansari, & Dewi Asih Mahanani; editor bahasa indonesia Huriawati Hartanto, Pita Wulansari, Natalia Susi, & Dewi Asih Mahanani. Jakarta: EGC.

Purba, B. A. (2011). Fisiologi respirasi. Bagian Fisiologi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi.

Siklus Ovarium

Pada manusia (wanita), tidak ada ovum baru yang terbentuk setelah lahir. Selama perkembangan masa janin, ovarium mengandung > 7 juta folikel primordial, namun banyak yang mengalami atresia (involusi) sebelum lahir dan yang lain menghilang setelah lahir. Pada saat lahir, terdapat 2 juta ovum ➞ 50% mengalami atresia. Sehingga 1 juta ovum yang normal mengalami pembelahan meiosis I → tahap istirahat dalam stadium profase (bertahan dan menetap) → masa dewasa. Walaupun demikian, ternyata proses atresia berlanjut selama perkembangan sehingga jumlah ovum di kedua ovarium pada saat pubertas < 300.000 dimana hanya satu dari ovum-ovum ini yang secara normal mencapai kematangan per siklus ➞ sekitar 500 selama masa reproduksi normal, sisanya berdegenerasi (Ganong, 2008).

Gambar 1. Perkembangan folikel pada ovarium
Sumber: Ganong (2008)


















Gambar 2. Jumlah folikel primordial per ovarium pada wanita sesuai usia
Sumber: Ganong (2008)


















Siklus ovarium memiliki dua fase, yaitu:
1. Fase folikuler
- Sejak saat lahir, terdapat banyak folikel primordial di dalam kapsul ovarium ➞ tiap-tiap folikel mengandung sebuah ovum imatur.
- Pada permulaan setiap daur, beberapa folikel membesar dan terbentuk suatu rongga (terisi oleh cairan folikel) di sekitar ovum ➞ pembentukan antrum.
- Pada manusia (wanita) satu folikel dari salah satu ovarium mulai tumbuh cepat sekitar hari ke-6 dan menjadi folikel dominan, sementara yang lain mengalami regresi dan membentuk folikel atretik.
- Proses pemilihan  folikel yang akhirnya menjadi folikel dominan ➞ berkaitan dengan kemampuan folikel menyekresikan estrogen yang terkandung di dalamnya yang diperlukan untuk pematangan akhir.
- Proses pemilihan folikel yang akhirnya menjadi folikel atretik (atresia) ➞ melibatkan apoptosis.
- Folikel yang matang (matur) ➞ folikel de Graaf.
- Sel teka interna folikel ➞ sumber utama estrogen dalam darah.
- Cairan folikel memiliki kandungan estrogen yang tinggi, dan banyak dari estrogen ini berasal dari sel granulosa.
- Pada sekitar hari ke-14 siklus, folikel yang membesar menjadi pecah, dan ovum terlepas ke dalam rongga abdomen ➞ proses ovulasi.
- Ovum disalurkan ke uterus, dan keluar melalui vagina bila tidak terjadi pembuahan.
- Folikel yang pecah pada saat ovulasi segera terisi darah, dan membentuk ➞ korpus hemoragikum.
- Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah yang berlangsung singkat ➞ mittelschmerz.
- Sel granulosa dan sel teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan bewarna kekuningan ➞ membentuk korpus luteum yang mana hal ini mencetuskan fase luteal (Ganong, 2008).

2. Fase luteal
- Permulaan fase luteal ➞ terbentuknya korpus luteum.
- Korpus luteum merupakan folikel yang telah mengeluarkan ovum.
- Pada fase ini juga, sel luteum menyekresikan estrogen dan progesteron.
- Pertumbuhan korpus luteum bergantung pada kemampuannya membentuk vaskularisasi untuk mendapatkan darah ➞ pentingnya proses Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF).
- Pada wanita hamil (terjadi kehamilan):
● Korpus luteum akan bertahan dan biasanya tidak terjadi lagi periode haid sampai setelah melahirkan.
● Korpus luteum membesar dengan diameter sekitar 5 cm.
- Pada wanita tidak hamil (tidak terjadi kehamilan):
● Korpus luteum akan berdegenerasi sekitar 4 hari sebelum haid berikutnya (hari ke-24 daur haid) dan akhirnya digantikan oleh jaringan ikat ➞ korpus albikans.
- Makin banyak ovum yang dikeluarkan, permukaan ovarium menjadi berkerut.
- Setelah menopause, folikel tidak dibentuk lagi dan ovarium menciut (Ganong, 2008; Gibson, 2003).

Gambar 3. Pembentukan folikel, ovulasi, dan degenerasi korpus luteum
Sumber: Sherwood (2012)















Gambar 4. Mikroskopik pembentukan folikel sekunder
Sumber: Sherwood (2012)






















Gambar 5. The ovarian cycle
Sumber: Martini et al. (2012)






















DAFTAR REFERENSI:

Ganong, W. F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. (edisi 22). Alih bahasa oleh Brahm U. Pendit; editor bahasa indonesia oleh Andita Novrianti et al. Jakarta: EGC.

Gibson, J. (2003). Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. (edisi 2). Alih bahasa oleh Bertha Sugiarto; editor bahasa indonesia oleh Monica Ester. Jakarta: EGC.

Martini, F. H., Nath, J. L., & Bartholomew, E. F. (2012). Fundamentals of anatomy & physiology. (9th ed.). San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (edisi 6). Alih bahasa oleh Brahm U. Pendit; editor bahasa indonesia oleh Nella Yesdelita. Jakarta: EGC.

Monday, 27 April 2020

Hari ke-2 Berpuasa (2 Ramadan 1441 H)

Selamat pagi sobatku...
Masih kuat kan kalian puasa nya? 😃
Sambil menunggu waktu berbuka puasa...
Alangkah baiknya kalian membaca postingan author kali ini ya 😄...

Sobat sekalian punya cerita pengalaman yang seperti apa setelah beberapa hari menjalankan ibadah puasa?
Boleh di share ya...
Tulis saja dalam kolom komentar 🙏...

Hari ke-2 berpuasa, author memberanikan diri untuk keluar kosan mencari makan sahur...
Semoga masih ada warung makan yang buka 24 jam...
Firasat dalam hati " di luar sana pasti sepi " ...
Soalnya masih dalam kondisi social distancing...

Ternyata benar loh, jalanan sangat sepi 😬...
Gak ada angkot, mobil, taxi, motor, Go-Car, Go-Jek, Go-Ride, atau kendaraan lainnya yang lewat...
Minimal sekali kendaraan yang lalu-lalang...
Jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana puasa tahun kemarin yang mencari makan di luar rumah (kosan) untuk sahur sangatlah ramai...
Saat ini, benar-benar #dirumahaja 😐

Jalanan Tampak Sepi




















Author pun menyusuri jalanan yang tampak sepi untuk menemukan warung makan yang buka 👀...
Minimal warung tersebut buka sampai waktu menjelang imsak...
Jadi, bagi yang mencari makan untuk sahur masih terburu (seperti author ini 😅)...

Beli Makan Sahur di Sini




















Singkat cerita...
Sebentar lagi waktu berbuka puasa...
Author berencana ke luar kosan mencari makanan bukaan puasa, sekalian memastikan banyak gak ya pedagang yang menjual ta'jil untuk bukaan puasa...

Dan lagi-lagi...
Di luar sana, di pinggir-pinggir jalan, yang biasanya pukul 5 sore pun sudah ramai pedagang yang menjajakan ta'jil untuk bukaan puasa...
Kali ini, sepi sekali...
Bukannya tidak ada sama sekali, tetapi minim pedagang yang berjualan...

Sambil berkeliling, author melihat penjual dan pembeli sangat patuh atas anjuran pemerintah saat ini yaitu menggunakan masker 👍...

Dan akhirnya, author pun bisa merealisasikan membeli ta'jil untuk bukaan puasa...

Eehhmm,,Yummy 😋!!!




















  
Selamat berbuka puasa sobatku 🙏...

Saturday, 25 April 2020

Hari ke-1 Berpuasa (1 Ramadan 1441 H)

Hallo sobatku sekalian...
Bagaimana puasa kalian semua hari ini?
Semoga full ya 🙏, jangan sampai batal puasanya 😅...

Saat ini, sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya...
Dimana, bagi author pribadi, pada bulan puasa (bulan suci Ramadan) identik dengan salat tarawih berjamaah. Setelah salat tarawih selesai, biasanya diakhiri dengan bersama-sama membaca niat berpuasa. Namun, sekarang salat tarawih dilaksanakan di rumah masing-masing. Hal ini dikarenakan masih maraknya kasus COVID-19 (wabah coronavirus) yang harus membuat kita untuk sementara waktu menjaga jarak, minimalkan keluar rumah, dan minimalkan berkerumun dikeramaian. Hal tersebut dikenal dengan istilah social distancing. Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing dengan tujuan pencegahan dalam upaya menangani wabah coronavirus yang semakin meluas (penyebaran coronavirus), dimana saat ini masih pandemi terkait coronavirus.

Mungkin sobat sekalian punya cerita atau pengalaman tersendiri? Mungkin juga sobat sekalian masih ada yang bisa melaksanakan salat tarawih berjamaah di luar rumah misalnya di masjid, di musholla? ➞ Tulis dalam kolom komentar ya 🙏.

Mie Instan ➞ Salah Satu Makanan Andalan Anak Kosan

















Semenjak ditetapkannya 1 Ramadan 1441 H yang jatuh pada hari Jumat (24 April 2020), author pun mengadakan persiapan. Mulai dari persiapan mental sampai dengan persiapan makanan. Untuk makanan, author tidak begitu pusing dan ribet, secara author kan anak kosan. Andalan anak kosan, tidak jauh dari yang namanya mie instan 😋. Author pun pergi berbelanja ke minimarket untuk membeli beberapa mie instan, dimana makanan ini bisa disantap saat sahur dan atau saat ifthor (berbuka) puasa. Selain mie instan, author juga membeli kurma, pisang, dan susu.

Waktu pun terasa cepat berlalu ⏰...
Author pun bangun tidur, jam menunjukkan pukul 03.00 WIB 🕒. Rencananya mau ke luar kosan mencari makanan (mungkin saja masih ada atau banyak warung makan yang buka 24 jam). Tapi, rencana tersebut tidak terealisasikan karena mager 😅. Selain mager, author sebelumnya sudah makan malam, jadi masih sedikit berasa kenyang 😂. Alhasil, author sahur pertama dengan menu hidangan mie instan, pisang, kurma, dan susu, serta ditutup dengan banyak minum air putih. Lebih dari cukup untuk mengganjal perut sampai waktu menjelang berbuka puasa.

Jadi teringat tahun sebelumnya, ada salah satu warung makan langganan author dimana warung tersebut buka sampai menjelang sahur. Warung tersebut ramai pengunjung seperti pelajar, mahasiswa, pekerja, anak kosan, anak kontrakan, dll. Harga terjangkau dan makanannya pun enak, sangat cocok bagi author 😆. Tapi, warung tersebut untuk sementara tutup (tidak berjualan) semenjak pandemi coronavirus 😔😢.

Di bulan suci Ramadan ini, bersama-sama kita doakan semoga pandemi ini cepat berlalu ya sobat...
Amin 🙏🙏🙏.

Tak terasa waktunya berbuka puasa...
Author pun berbuka dengan kurma dan air putih. Belum sempat mencari makanan berbuka puasa di luar. Belum tahu juga kalau ada pedagang yang menjual makanan, biasanya banyak yang sudah berjualan (menjelang waktu berbuka puasa) di pinggir jalan ataupun di gang-gang jalan, seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun ini (saat masih dalam kondisi pandemi), author belum explore.

Mungkin dari sobat sekalian ada yang sudah explore? Atau punya cerita pengalaman di kala sahur dan berbuka puasa pada hari ke-1 kita berpuasa (1 Ramadan 1441 H)? ➞ Tulis dalam kolom komentar ya 🙏.

Friday, 24 April 2020

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan 1441 Hijriyah

Hallo sobatku...
Apa kabarnya kalian hari ini?
Semoga selalu diberi limpahan kesehatan ya 🙏...

Sobat sekalian sudah tahu kapan mulai puasa Ramadan di tahun ini?
Yapszz,,kalian benar😀...

Selamat datang bulan yang penuh berkah...
Selamat datang bulan yang penuh ampunan...
Selamat datang bulan yang penuh nikmat, pahala dilipatgandakan...
Selamat datang bulan suci Ramadan 🙏...

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan 1441 Hijriyah





















Berdasarkan sidang isbat yang digelar oleh pemerintah pada hari Kamis, 23 April 2020 (tadi malam), telah ditetapkannya 1 Ramadan 1441 H jatuh pada hari Jumat, 24 April 2020. Ketetapan tersebut diputuskan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia melalui sidang isbat.

Kira-kira sobat sekalian tahu apa itu sidang isbat?
Disini, author mencoba sedikit merangkum terkait istilah sidang isbat dan tentunya akan menambah wawasan dari sobat sekalian.

Sekilas tentang sidang isbat...
Sidang isbat (secara harfiah isbat berarti penyungguhan, penetapan, dan penentuan) adalah sidang penetapan dalil syar'i di hadapan hakim dalam suatu majelis untuk menetapkan suatu kebenaran atau peristiwa yang terjadi. Di Indonesia secara populer sidang isbat sering dikaitkan dengan penetapan datangnya bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, selain juga isbat nikah. Namun, jika dilihat dari topik bahasan postingan kali ini sidang isbat yang dimaksud adalah untuk menetapkan 1 Ramadan. Sidang ini diadakan satu hari sebelum hari yang diperkirakan sebagai awal bulan yang dimaksud. Dalam sidang ini, dihadirkan berbagai ulama, tokoh, dan organisasi masyarakat di Indonesia (“Sidang isbat”, September 26, 2019).

Sidang isbat dikenal dengan “ hafl ru’yah al-hilal ” yang artinya perayaan pengamatan hilal. Kegiatan ini diselenggarakan setelah terlebih dahulu menerima laporan dari tim yang melakukan pengamatan hilal di lapangan. Dalam prosesinya, sidang isbat dilaksanakan sesaat setelah matahari terbenam atau setelah melaksanakan salat Maghrib. Prosesi sidang isbat ini sendiri selain merupakan bagian dari fikih juga terkait dengan realita sosial. Sebab selain berkaitan dengan ritual ibadah puasa, datangnya bulan suci Ramadan ini menyebabkan perubahan drastis pola dan interaksi sosial di masyarakat sehari-hari menjadi lebih sejuk dan religius (Butar-Butar, 2019).

Sidang isbat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi umat Islam (khususnya di Indonesia) karena menyangkut permasalahan ibadah, khususnya dalam penetapan 1 Ramadan, 1 Syawal yang berkaitan dengan waktu memulai dan mengakhiri ibadah puasa, idul fitri dan idul adha. Pelaksanaan kegiatan penetapan (isbat) rukyat hilal bertujuan mendapatkan keabsahan dan kepastian hukum, mencegah kerancuan dan keraguan sistem pelaporan, mempersatukan umat dan menghilangkan perbedaan pendapat di masyarakat. Mekanisme penetapan 1 Ramadan, Syawal, dan Zulhijah yang dilakukan pemerintah akan diputuskan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dalam sidang isbat (Nufus, 2018).


DAFTAR REFERENSI:

Butar-Butar, A. J. R. (2019). Penentuan awal bulan di mesir dan arab saudi: konsep, mekanisme, dan problematika. Surabaya: Media Sahabat Cendekia.

Nufus, K. (2018). Sidang isbat penentuan awal bulan kamariah prespektif hukum islam. 3(1), 1–20.

Sidang isbat. (2019, September 26). Retrieved April 24, 2020, from https://id.wikipedia.org/wiki/Sidang_isbat


Terlepas dari semua itu, hari ini seluruh umat Islam di Indonesia sudah mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Atas nama pribadi dan sebagai author cadobalog mengucapkan...
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan 1441 H...
Mohon Maaf Lahir dan Batin 🙏...

Monday, 20 April 2020

Konsep, Tugas Perkembangan, dan Karakteristik Usia Pra Sekolah

Kombinasi pencapaian biologis, psikososial, kognitif, spiritual, dan sosial selama periode pra sekolah mempersiapkan anak pra sekolah untuk perubahan gaya hidupnya yang paling bermakna (masuk sekolah). Kontrol mereka terhadap fungsi tubuh, pengalaman periode perpisahan yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak lain dan orang dewasa, penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, dan meningkatnya rentang perhatian dan memori mempersiapkan mereka untuk periode mayor berikutnya (masa sekolah). Keberhasilan pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya sangat penting bagi anak pra sekolah untuk memperhalus tugas-tugas yang telah mereka kuasai selama masa todler (Wong et al, 2009).

Tahap perkembangan menurut Erik Erikson pada anak pra sekolah adalah inisiatif (initiative) vs rasa bersalah (guilt). Pada tahap ini, anak belajar cara mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai timbul menguasai anak, tetapi lingkungan mulai menuntut anak untuk melakukan tugas tertentu. Anak akan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya dan ingin diikutsertakan sebagai seorang individu yang mempunyai peran. Adanya keterbatasan seorang anak dalam memenuhi tuntutan lingkungan akan menimbulkan rasa kecewa dan rasa bersalah. Hubungan ibu, ayah, dan anak sangat penting karena akan menjadi dasar kemantapan identitas diri. Selain itu, anak mulai membentuk peran sesuai jenis kelamin yang wajar, serta mencoba berlatih mengintegrasikan peran sosial dan tanggung jawab. Hubungan dengan teman sebaya atau saudara akan cenderung untuk menang sendiri. Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini adalah kesulitan belajar, masalah di sekolah, pergaulan dengan teman-teman, serta anak menjadi pasif, takut, dan mungkin terjadi neurosis. Di dalam perkembangan hubungan sosialnya juga, anak pra sekolah mulai membina hubungan dengan lingkungan di luar keluarganya. Anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga dalam hal pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berhubungan yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan dasar rasa otonomi anak yang nantinya akan berkembang menjadi kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan dan disertai respons keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu pengontrol diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri, kurang percaya diri, pesimis, dan takut perilakunya salah (Yusuf et al, 2015). Menurut Kuntjojo (2010) pada masa kanak-kanak awal, perkembangan sosial anak telah nampak sebab mereka telah mulai aktif berinteraksi dengan teman sebayanya. Tanda-tanda terjadinya perkembangan sosial pada masa ini adalah sebagai berikut:
1. Anak mulai memahami peraturan-peruturan atau norma-norma yang berlaku.
2. Anak mulai mentaati peraturan-peraturan tersebut.
3. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan pihak lain.
4. Anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya.

Menurut Kuntjojo (2010) anak usia pra sekolah berada pada fase kanak-kanak awal. Sebutan akan hal tersebut dapat digambarkan, sebagai berikut:
1. Menurut orang tua, masa kanak-kanak awal merupakan:
a. Masa yang bermasalah.
b. Masa bermain.
2. Menurut pendidik, masa kanak-kanak awal merupakan masa atau usia pra sekolah atau preschool age.
3. Menurut psikolog, masa kanak-kanak awal merupakan:
a. Masa negatif.
b. Masa berkelompok.
c. Masa menjelajah.
d. Masa bertanya.
e. Masa meniru.
f. Masa kreatif.

Dalam konsep emosionalitas pada masa kanak-kanak awal, sering mengalami temper tantrum yaitu suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkendali. Menurut Martina Rini S.T. (2002) temper tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah dan juga pada anak-anak yang dianggap “ sulit ”, yang memiliki ciri-ciri:
1. Memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur.
2. Sulit menyukai situasi, makanan, dan orang-orang baru.
3. Lambat dalam beradaptasi dengan lingkungan.
4. Mood (suasana hati) lebih sering negatif.
5. Mudah terprovokasi.
6. Sulit dialihkan perhatiannya.
Menurut Martina Rini S.T. (2002), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gejala tersebut, meliputi:
1. Terhalanginya keinginan anak untuk mendapatkan sesuatu.
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan sesuatu.
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.
4. Pola asuh orang tua.
5. Lelah, lapar, atau sakit.
6. Anak sedang stress.

Menurut Kuntjojo (2010) masa anak usia pra sekolah merupakan masa bermain. Dikatakan demikian karena pada masa ini aktivitas terbanyak dari anak adalah bermain. Tiada waktu tanpa diisi dengan bermain. Bahwa bermain merupakan ciri hakiki dari setiap anak. Mengapa anak-anak senang bermain, apa fungsi dari kegiatan bermain, jenis permainan apa saja yang dilakukan anak-anak, dan bagaimana tahap-tahap kegiatan bermain anak, didiskripsikan berikut ini (Wahyuti Maryono dan Djajusman, 1984: 23-24; Moh. Kasiram, 1983: 72-73).
1. Teori tentang bermain
a. Teori rekreasi
Teori ini dikemukakan oleh Schaller dan Lazarus. Menurut teori rekreasi, anak bermain untuk memperoleh kesenangan.
b. Teori pelepasan tenaga (outlading theory)
Teori ini dikemukakan oleh Herbert Spencer. Menurut Spencer, bermain dilakukan oleh anak-anak sebagai upaya untuk melepaskan atau menyalurkan tenaga yang lebih, yang bila tidak disalurkan akan menimbulkan ketegangan.
c. Teori atavistis atau teori rekapitulasi
Menurut teori atavistis, permainan yang dilakukan oleh anak-anak tidak lain merupakan pengulangan apa yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya. Teori ini dikemukakan oleh Stanley Hall.
d. Teori biologis
Kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak merupakan persiapan untuk menghadapi kehidupan yang akan datang, setelah mereka dewasa. Demikian pandangan teori biologis sebagaimana dikemukakan oleh Karl Groos.
2. Fungsi permainan
Bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi setiap anak sebab dalam permainan terdapat bermacam-macam fungsi, sebagai berikut:
a. Pendidikan sosial.
b. Pengenalan terhadap kemampuan diri sendiri.
c. Eksperimen dan eksplorasi.
d. Pengembangan kemampuan.
e. Pengalaman afeksi.
3. Jenis permainan yang dilakukan anak pra sekolah
Permainan yang dilakukan anak-anak jenisnya banyak sekali, namun dapat dikelompokkan, sebagai berikut:
a. Permainan fantasi.
b. Permainan fungsi.
c. Permainan peranan.
d. Permainan prestasi.
e. Permainan konstruksi.
f. Permainan distruksi.
4. Tahap perkembangan aktivitas bermain anak pra sekolah
Aktivitas bermain anak mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan yang terjadi pada dirinya. Fase-fase perkembangan aktivitas bermain anak adalah sebagai berikut:
a. Anak bermain sendiri dengan menggunakan tangannya, kakinya, dll.
b. Anak bermain sendiri dengan memakai alat-alat permainan.
c. Anak bermain dengan teman-temannya tetapi belum disertai aturan.
d. Anak bermain dengan teman-temannya dan disertai dengan aturan.

Gambar 1. Sekelompok anak usia pra sekolah sedang bermain
Sumber: Kuntjojo (2010).


















Pada masa kanak-kanak awal pada umumnya anak-anak menunjukkan tingkah laku bermasalah. Dikatakan bermasalah karena tingkah laku yang muncul tersebut tidak diharapkan karena dapat merugikan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Rosdiana S. Tarigan (2006) telah mengidentifikasi 11 perilaku anak yang dinyatakan sebagai masalah beserta faktor-faktor penyebabnya sebagaimana tersaji dalam tabel berikut. 
                              Tabel 1. Perilaku sulit anak pra sekolah
Sumber: Kuntjojo (2010).


































Menurut Kuntjojo (2010) dalam konsep tugas perkembangan anak usia pra sekolah yang mana individu diharapkan memiliki beberapa kemampuan sebagai tugas perkembangannya, meliputi:
1. Mampu membersihkan badan sendiri pada saat buang kotoran.
2. Mempunyai pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial.
3. Mempunyai pengertian tentang yang benar dan yang salah.
4. Mampu mengenal perbedaan jenis kelamin.

Dalam ringkasan konsep, tugas perkembangan, dan karakteristik usia pra sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya perkembangan pada individu anak khususnya usia pra sekolah dapat diketahui berdasarkan karakteristik tertentu yang dialaminya, karakteristik-karakteristik yang dimaksud mudah dikenali seperti terjadinya perubahan aspek fisik maupun psikis yang mana perubahan ini sifatnya progresif (kearah kemajuan). Tugas-tugas perkembangan pada fase perkembangan tertentu dalam hal ini fase kanak-kanak awal hendaknya dikuasai oleh setiap individu sebab tugas-tugas perkembangan pada satu sisi merupakan harapan atau tekanan sosial, dimana pada fase berikutnya akan ada tugas-tugas perkembangan yang lain (umumnya lebih berat).


DAFTAR REFERENSI:

Kuntjojo. (2010). Ringkasan materi kuliah: perkembangan peserta didik. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Wong, D. L. et al. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik wong. (edisi 6, volume 1). Alih bahasa oleh Agus Sutarna, Neti Juniarti, & H. Y. Kuncara; editor bahasa indonesia oleh Egi Komara Yudha, Devi Yulianti, Nike Budhi Subekti, Esty Wahyuningsih, & Monica Ester. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ah., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Hiperbilirubin (Pengertian, Etiologi, dan Klasifikasi)

Sumber: Stevenson, Maisels, & Watchko (2012).
















Bilirubin merupakan suatu produk utama dalam pemecahan sel darah merah pada sistem retikuloendotelial. Sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir adalah kurang dari 2 mg/dL. Pada konsentrasi yang berlebihan yaitu sekitar 5 mg/dL, bilirubin akan tampak secara klinis berupa warna kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus biasanya ditemukan pada minggu pertama setelah kelahiran. Kejadian ikterus 50% terjadi pada bayi cukup bulan aterm dan 75% bayi kurang bulan atau preterm (Winkjosastro, 2002).

Istilah hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan jaundis atau ikterus. Hiperbilirubinemia merupakan temuan biasa pada bayi baru lahir dan pada kebanyakan kasus relatif jinak. Akan tetapi hal ini, bisa juga menunjukkan keadaan patologis (Wong et al, 2009). Hiperbilirubin adalah suatu keadaan yang terjadi pada bayi baru lahir di mana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering disebut sebagai ikterus neonatorum yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi karena ikterus yang merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak (Yuliastati, Arnis, & Nining, 2016). 

Hal yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia pada umumnya adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase (G6PD). Hemolisis ini dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup atau inkompatabilitas golongan darah Rhesus (Rh). Infeksi juga memegang peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia seperti penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa faktor lain yang juga merupakan penyebab hiperbilirubinemia adalah hipoksia atau anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia dan polisitemia (Campbell, 2013). 

Peningkatan kadar bilirubin dalam tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Misalnya, pada penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah jika terdapat gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra maupun ekstra hepatik (Anggraini, 2014).

Pada derajat tertentu, bilirubin akan bersifat toksik dan dapat merusak jaringan tubuh. Toksisitas ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi disebut kern ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya kelainan tersebut dapat terjadi pada sususnan saraf pusat jika kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dL. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat badan lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi (Gunasegaran, 2012).

Klasifikasi hiperbilirubinemia, meliputi: 
1. Hiperbilirubinemia fisiologis 
Hiperbilirubinemia fisiologis tidak terjadi pada hari pertama setelah bayi dilahirkan (muncul setelah 24 jam). Biasanya peningkatan bilirubin total tidak lebih dari 5 mg/dL perhari. Pada bayi cukup bulan peningkatan bilirubin mencapai puncaknya pada 72 jam dengan serum bilirubin sebanyak 6-8 mg/dL. Selama 3 hari, kadar bilirubin akan meningkat sebanyak 2-3 mg/dL dan pada hari ke-5 serum bilirubin akan turun sampai dengan 3 mg/dL (Hackel, 2013). Setelah hari ke-5, serum bilirubin akan turun secara perlahan sampai dengan normal pada umur bayi sekitar 11-12 hari. Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau pun prematur bilirubin mencapai puncak pada 120 jam dengan peningkatan serum bilirubin sebesar 10-15 mg/dL dan akan menurun setelah 2 minggu (Mansjoer, 2013). 
2. Hiperbilirubinemia patologis/non fisiologis 
Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan ikterus akan timbul dalam 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Serum bilirubin totalnya akan meningkat lebih dari 5 mg/dL perhari. Pada bayi cukup bulan, serum bilirubin total meningkat sebanyak 12 mg/dL, sedangkan pada bayi prematur serum bilirubin total meningkat sebanyak 15 mg/dL. Ikterus biasanya berlangsung lebih dari satu minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari dua minggu pada bayi prematur (Imron & Metti, 2015). Pembentukan bilirubin yang berlebihan dapat disebabkan karena adanya hemolisis, hemoglobin (Hb) dan eritrosit abnormal (Hb S pada anemia sel sabit), inkompabilitas ABO, defisiensi enzim Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase (G6PD), sepsis, obat-obatan seperti oksitosin, pemotongan tali pusat yang lambat, dan sebagainya. 

Dalam ringkasan hiperbilirubin (pengertian, etiologi, dan klasifikasi) di atas dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar serum bilirubin di dalam darah meningkat dan melebihi batas nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubinemia ada yang fisiologis dan ada juga yang patologis (non fisiologis). Hal yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia pada umumnya adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase (G6PD).


DAFTAR REFERENSI:

Anggraini, H. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ikterus pada neonatal. Bandar Lampung: Kebidanan STIKes Aisyah. Retrieved May 18, 2019, from https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/article/download/HA/6

Campbell, D. (2013). Incindence and causes of severe neonatal hyperbilirubinemia in canada. Canadian Medical Association Journal, 175(6):587-588.

Gunasegaran, P. D. (2012). Gambaran bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia di rsup h. adam malik pada tahun 2011. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Retrieved May 18, 2019, from http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3795/Cover.pdf?sequence=7&isAllowed=y

Hackel, E. (2013). Blood factor incompatibility in the etiology of mental deficiency. Retrieved May 18, 2019, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1716538/pdf/ajhg00413-0027.pdf

Imron R, & Metti, D. (2015). Peningkatan angka kejadian hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dikarenakan berat badan lahir yang rendah (bblr). Jurnal Keperawatan, 9(1): Hal 47-49.

Mansjoer, A. (2013). Kapita selekta kedokteran jilid 2. (edisi 3). Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Stevenson, D. K., Maisels, M. J., & Watchko, J. F. (2012). Care of the jaundiced neonate. United States: The McGraw-Hill Companies.

Winkjosastro, H. (2012). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wong, D. L. et al. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik wong. (edisi 6, volume 1). Alih bahasa oleh Agus Sutarna, Neti Juniarti, & H. Y. Kuncara; editor bahasa indonesia oleh Egi Komara Yudha, Devi Yulianti, Nike Budhi Subekti, Esty Wahyuningsih, & Monica Ester. Jakarta: EGC.

Yuliastati, Arnis, A., & Nining. (2016). Modul bahan ajar cetak keperawatan: keperawatan anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Saturday, 18 April 2020

Stop Stigma Negatif Pada Orang Yang Terinfeksi Coronavirus (Penderita COVID-19)

Hallo sobatku...
Apa kabarnya kalian hari ini?
Semoga selalu diberi limpahan kesehatan ya 🙏...

Kali ini author akan memposting suatu topik bahasan yang sedang tren, hangat-hangatnya, dan memang harus diketahui kita semua.
Mungkin dari sobat sekalian, sudah tahu apa itu coronavirus, cara penularan atau penyebarannya, serta dampaknya bila seseorang telah terjangkit atau menjadi penderita penyakit COVID-19. Memang benar, dampak yang paling buruk dari segi fisik penderita penyakit COVID-19 adalah gagal napas akut, dimana terjadi kegagalan pernapasan parah yang bisa berujung dengan kematian. Namun, author tidak membahas akan hal itu.

Lalu, topik apa yang akan dibahas?
Baca 👀📃 sampai akhir postingan ya sobat 😄

Pada tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan wabah sebuah coronavirus baru (COVID-19) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (World Health Organization, 2020). Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan dan manusia. Virus dan penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina sejak Desember 2019 (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020). Penyebaran COVID-19 terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia ke manusia (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020). Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020 (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020).

Pada dasarnya, setiap orang berisiko untuk terinfeksi coronavirus. Hal ini dikarenakan oleh penyebaran virus yang sungguh cepat. Jika sudah positif terkena atau terinfeksi coronovirus dan didiagnosis terkena penyakit COVID-19, banyak dampak yang akan terjadi kedepannya. Salah satunya yaitu berdampak pada psikologis atau mental dengan bentuknya berupa stigma. 

Lalu, apa itu stigma? 
Stigma adalah berbagai pandangan orang yang menilai diri kita negatif, hal yang kita lakukan negatif sampai pemikiran kita negatif (“Stigma”, February 2, 2020). Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya (Setiawan, n.d.). Stigma merupakan fenomena sosial yang kompleks yang melibatkan interaksi antara faktor sosial dan ekonomi serta masalah-masalah psikososial dari individu yang terkena. Stigma terjadi karena munculnya perbedaan dalam diri orang yang terstigma, walaupun perbedaan tersebut bukan disengaja atau bahkan perbedaan yang muncul karena tidak diinginkan (Wilandika, 2019).

Seseorang yang mengalami stigma maka akan memiliki kecenderungan untuk menjauhi orang, yang pada akhirnya tidak mau berinteraksi dengan lingkungan. Sama seperti yang diungkapkan Goffman (1963), bahwa stigma dikonseptualisasikan oleh masyarakat atas dasar apa yang merupakan penyimpangan, individu yang distigmatisasi adalah seseorang dengan perbedaan yang tidak diinginkan (Wilandika, 2019).

Kasus COVID-19 semakin merebak dan menimbulkan ketakutan serta kekhawatiran di kalangan masyarakat. Update per 17 April 2020, telah terkonfirmasi kasus COVID-19 sebanyak 5.923 kasus, dalam perawatan 4.796 kasus, sembuh 607 kasus, dan meninggal 520 kasus (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, April 17, 2020). Kasus COVID-19 bukan saja sekadar masalah penyakit fisik tetapi juga menjadi masalah psikologis dan sosial baik untuk penderitanya maupun masyarakat disekitarnya.

Banyaknya kasus COVID-19 di masyarakat Indonesia, menimbulkan pandangan yang berujung munculnya stigma negatif yang melekat kuat pada orang yang terkena (positif terinfeksi). Pandangan ini mengakibatkan keputusasaan, ketidakberdayaan, harapan yang pesimistik, dan persepsi tidak jelas yang akan membuat interpretasi salah terhadap fakta yang ada dengan cara negatif. Stigma yang muncul atau keyakinan diri yang timbul dapat berwujud prasangka yang menimbulkan diskriminasi.

Jika sobat lebih mendalam mengkaji terkait stigma, sobat akan mengetahui bahwasanya kehadiran stigma ini dapat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan ungkapan Berger et al. (2001), yang mana kehadiran stigma itu sebagai hasil dari pengalaman pribadi maupun persepsi terhadap sikap sosial. Pendapat lain menyebutkan bahwa terdapat empat perilaku sosial yang dapat membentuk terjadinya stigma yaitu labelling, stereotyping¸ outpgrouping, dan discrimination (Link & Phelan, 2001).

Di sisi lain, akibat stigma yang melekat pada penyakitnya (COVID-19), orang yang positif terinfeksi atau tertular akan merasa tidak dapat mendiskusikan kondisi mereka dengan keluarga, kerabat dekat, rekan kerja, dan teman-temannya. Tidak semua mampu terbuka tentang status positifnya. Hal ini dikarenakan stigma negatif yang sekarang beredar luas di masyarakat. Stigma negatif tersebut akan membuat ketakukan, kegelisahan, dan kekhawatiran di masyarakat. Takut akan tertular oleh penyakit COVID-19. Alhasil, orang yang telah terkonfirmasi (positif terinfeksi) akan dijauhi, dicemooh, bahkan sampai ada beberapa kasus dimana orang yang meninggal karena positif terinfeksi (tertular penyakit COVID-19) jenazahnya ditolak untuk dimakamkan di tempat pemakaman. Sungguh miris!!! 😔😢😭 

Sobatku, coba kita sejenak berpikir 💬💭...
Andaikan hal tersebut terjadi pada keluarga kita, saudara kita, kerabat dekat kita, rekan kerja kita, teman kita, bahkan kita sendiri. Betapa memilukannya, bukan? 😔😢😭 

Kita sebagai manusia berhak untuk hidup dan mati dengan layak. Jika, diantara sobat sekalian sekarang ini berjumpa dengan orang yang terkonfirmasi (positif terinfeksi coronavirus) ataupun sudah terdiagnosis penyakit COVID-19, berikanlah dukungan, support, motivasi, dan doa agar selalu diberikan limpahan kesehatan serta disembuhkan penyakitnya.

Stop Stigmatisasi Penderita COVID-19



DAFTAR REFERENSI:

Berger, B. E., Ferrans, C. E., & Lashley, F. R. (2001). Measuring stigma in people with HIV: psychometric assessment of the HIV stigma scale. Research in nursing & health, 24(6), 518-529.

Goffman, E. (1963). Stigma: notes on the management of spoiled identity. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020). Pedoman penanganan cepat medis dan kesehatan masyarakat covid-19 di indonesia. 1–38. Retrieved April 18, 2020, from https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Pedoman_Penanganan_Cepat_Medis_dan_Kesehatan_Masyarakat_COVID-19_di_Indonesia.pdf.pdf

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020, April 17). Dashboard pemantauan kasus covid-19: situasi covid-19 di indonesia. Retrieved April 18, 2020, from http://covid19.bnpb.go.id/

Link, B. G. & Phelan, J. C. (2001). Conceptualizing stigma. Annual review of Sociology, 27(1), 363-385.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2020). Pnemonia covid-19: diagnosis & penatalaksanaan di indonesia. Jakarta: PDPI.

Setiawan, E. (n.d.). Stigma. Retrieved April 18, 2020, from https://kbbi.web.id/stigma 

Stigma. (2020, February 2). Retrieved April 18, 2020, from https://id.wikipedia.org/wiki/Stigma

Wilandika, A. (2019). Penilaian petugas kesehatan pada orang dengan hiv/aids (odha) pada salah satu puskesmas di bandung. Jurnal Keperawatan, 10, 7–15.

World Health Organization (WHO). (2020). Materi komunikasi risiko covid-19 untuk fasilitas pelayanan kesehatan. Retrieved April 18, 2020, from https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/risk-communication-for-healthcare-facility.pdf?sfvrsn=9207787a_2

Wednesday, 15 April 2020

Sungguh Maknyus: Makan Tempe Mendoan Anget Dicampur Cuka Pedas Asin

Sekitar dua hari yang lalu, author pergi ke luar kosan. Kira-kira pukul 20.00 WIB. Rencananya, ingin membeli isi ulang glade matic spray refill (jadi kesebut merk deh 😅). Berkeliling menyusuri jalanan yang sudah tampak sepi. Walaupun begitu, author lihat sudah banyak masyarakat yang mematuhi aturan dari pemerintah saat ini agar menggunakan masker bila di jalanan ataupun ke luar rumah. Kepedulian yang seperti ini seharusnya bisa diterapkan oleh semua golongan masyarakat. Terlebih lagi, jika diri kita sendiri merasa tidak enak badan, kondisi kurang fit, lemas, dan daya tubuh menurun, diusahakan ya sobat untuk stay at home. Kalaupun terdesak harus ke luar rumah, diupayakan memakai masker. Pada dasarnya di luar sana, kita tidak mengetahui dengan pasti mana orang yang negatif, suspek, ataupun sudah positif terkena virus corona (penyakit Covid-19).

Back to topic...
Author menyusuri jalan, mencari minimarket untuk membeli sesuatu yang author cari. Ternyata jam segitupun minimarket sudah banyak yang tutup. Niat mau kembali pulang saja ke kosan. Namun sebelum itu, ingin membeli makan karena memang author pun malam itu belum makan 😄. Author pun menyalakan lampu sein kanan agar bisa berbelok arah kembali ke kosan. Setelah bisa berbelok, tidak begitu lama berjalan, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Langsung saja, author mencari tempat untuk berteduh. Jaket dan celana yang author kenakan lumayan basah terkena hujan yang tiba-tiba datang dengan derasnya. Memang cuaca sering kali tidak bisa diprediksi.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, hujan pun reda. Author kembali melanjutkan perjalanan. Sambil lihat kanan-kiri mencari warteg yang buka. Tiba-tiba, author melihat toko yang lampu depannya masih menyala terang benderang. Terlihat di toko tersebut banyak parkiran kendaraan. Ternyata toko tersebut masih buka dan author pun langsung ke sana untuk membeli barang yang author cari. Toko yang dimaksud adalah Super Indo (lagi-lagi sebut merk 😂) yang merupakan salah satu supermarket.

Setelah mendapatkan barang yang author cari. Tiba saatnya mencari makan. Author pun keluar dari area parkir supermarket. Tidak begitu jauh setelah meninggalkan supermarket tersebut, di seberang jalan author melihat warung kecil memampang tulisan " Tempe Mendoan ". Langsung saja author ke warung tersebut. " Habis hujan, dingin, enaknya makan yang anget-anget (pikir author) " 😋.

Salah Satu Rekomendasi Makanan di Kala Dingin (Habis Turun Hujan)





















Bermodal uang Rp 10.000, author bisa mendapatkan lima tempe mendoan. Itu artinya, satu tempe mendoan seharga Rp 2.000. Oh ya, warung tersebut tidak hanya menjual tempe mendoan saja, melainkan menjual juga kopi seduh.

Setelah senang membeli tempe mendoan, author pun masih ingin mencari makanan lainnya. Namun, tak tampak warteg yang berjualan. Oke, karena banyak warteg yang tutup, rencana berpindah haluan yaitu mencari nasi/mie goreng. Tetapi, rencana itu pun tak sempat terealisasikan karena tiba-tiba hujan turun kembali. Posisi sudah dekat dengan jalan/gang arah kosan, author pun memutuskan untuk kembali ke kosan saja. Walaupun makanan berat tidak sempat membelinya, tetapi author sudah cukup merasa puas karena mendapatkan makanan tempe mendoan serta tujuan author ke luar kosan kan untuk membeli isi ulang glade matic spray refill sudah terealisasikan.

Sesampainya di kosan, tidak lupa author cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu. Setelah itu, author pun mencicipi satu tempe mendoan yang masih anget tadi. Eehhmmm,,ternyata rasanya maknyus,,,enak banget! Entah karena perut lapar atau rasa tempe mendoannya memang mantap, lezat. Cocok di lidah author. Selain tempe mendoan, ternyata didapatkan juga cabai rawit hijau dan cuka. Author pun membuka cuka tersebut dan menuangkannya ke dalam mangkuk. Rasa dari cuka tersebut pun sangat luar biasa. Author bisa merasakan asin dan pedas dari cuka tersebut. Makan tempe mendoan dicampur dengan cukanya, sungguh maknyus. Eehhmm,,Yummy 😋!!!

Saturday, 11 April 2020

Seni Adalah Ledakan: Serangan Unik Lylia Terkesan Mirip Istilah Jurus Deidara

Selamat pagi sobatku...
Apa kabarnya kalian hari ini?
Setelah beberapa hari kemarin, author memposting sebuah kisah ataupun cerita pendek, kali ini author akan membahas tentang salah satu hero di Mobile Legends: Bang Bang.
Hero yang satu ini merupakan hero yang author andalkan untuk bermain di Mode Rank khususnya di Season 16.

Sobat gamers mungkin juga sudah paham tentang hero yang satu ini. Dan juga, pastinya ahli dalam menggunakan hero tersebut sebagai hero andalannya. Namun, bagi yang belum pernah menggunakan atau bahkan belum memiliki hero ini. Ayo, sama-sama kita lihat dan baca postingan author kali ini.

Hero yang author maksud adalah salah satu dari Hero Mage. Menurut author, hero ini memiliki serangan yang sangat unik dan mengingatkan author pada jurus andalan dari salah satu anggota grup akatsuki dalam Anime Naruto. Tentu kalian generasi pecinta anime Naruto tahu akan sosok Deidara. Istilah atau kalimat yang sering diucapakan oleh Deidara yaitu " Seni Adalah Ledakan ", dimana kalimat tersebut dapat menggambarkan sosok hero yang saat ini sedang author bahas. Hero Mage yang dimaksud adalah Lylia.

Sumber: Mobile Legends: Bang Bang (n.d.).





















Hero Mage (Lylia)_Little Wizard













Sekilas tentang Lylia...
Sebagai keturunan penyihir gelap, Lylia memiliki karakter yang unik dan kreativitas magis yang tak tertandingi. Lylia tumbuh sendirian dan banyak orang memanggilnya dengan sebutan penyihir kecil. Lylia benar-benar ingin membuktikan keberadaannya, ingin diakui, dan ingin memiliki teman. Banyak yang menganggap bahwa Lylia sebagai pembuat onar atau pembawa masalah. Seiring berjalannya waktu, Lylia pun memiliki teman yang menyenangkan yaitu Snores. Snores merupakan makhluk aneh (monster) dari dunia lain sejenis alien dari luar angkasa yang menyukai untuk melahap sihir. Panggilan akrab Lylia untuk snores adalah Gloom (Mobile Legends: Bang Bang, n.d.).

Menurut author, saat bermain menggunakan hero Lylia terkesan dapat diandalkan, dimana bisa dibuktikan dari serangannya yang super mengerikan. Dengan dibekali damage yang tinggi, serangan beruntun, dan kecepatan gaya bertarung, membuat setiap pergerakkan Lylia akan sangat sulit untuk diprediksi bahkan serangannya dapat menjadi amunisi (senjata penghancur) yang sangat diandalkan dalam permainan.

Skill Hero Lylia
Sumber: Mobile Legends: Bang Bang (n.d.).





























Dalam bahasan postingan ini, author sedikit menyinggung tentang Deidara. Faktanya, Deidara merupakan salah satu anggota grup akatsuki yang cukup nyentrik. Dalam menjalankan misinya Deidara berpasangan dengan Sasori bahkan pernah juga berpasangan dengan Tobi (alias Obito). Bila disamakan dengan Lylia, Deidara pun mempunyai jurus (serangan) yang diandalkannya yaitu ledakan. Perlunya bahan dasar dalam pembuatan amunisi ledakan. Bila pada Hero Lylia bahan dasar pembuatan amunisi ledakannya bersumber pada energi sihir yang dilahap oleh Gloom, sedangkan Deidara bersumber pada tanah liat yang diolah dengan mulut-mulut yang ada ditubuhnya. Setelah tanah liat tersebut siap sebagai amunisi, Deidara akan melepaskan (memberikan) kepada musuh, lalu meledakkan dengan jutsu mantranya.

Sumber: Fauzan (June 18, 2011).




















Back to Lylia...
Dalam menggunakan hero jenis apapun itu tidak akan terlepas dari emblem, battle spell, dan build. Pada hero Lylia, emblem yang author gunakan pastinya emblem mage. Untuk battle spell, biasanya author lebih suka menggunakan flameshot. Dan untuk build, author gunakan yang burst (seringkali bergantian, kadang memilih dari hot equipment, kadang pula memilih dari set top player).

Dalam 19 hari pada Season 16 ini, author sudah berada di Divisi Legend V ★, dimana pada awal Season 16 author berada di Divisi Epic IV ★. Cukup sulit untuk bisa naik divisi, perlu banyak kemenangan di mode rank 😄.

Divisi Legend V ★














Season Saat Ini_Season 16 Mobile Legends













Bagi sobat sekalian yang ingin berbagi pengalaman terkait Hero Mage (Lylia) ataupun ingin sharing terkait kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan hero tersebut khususnya dalam mode rank ➞ Tulis dalam kolom komentar ya 🙏.


DAFTAR REFERENSI:

Fauzan, E. (2011, June 18). Akatsuki. Retrieved April 11, 2020, from http://erlandfauzan.blogspot.com/2011/06/akatsuki-akatsuki-dawn-is-criminal.html

Mobile Legends: Bang Bang. (n.d.). Retrieved April 11, 2020, from https://m.mobilelegends.com/en/gallery

Mobile Legends: Bang Bang. (n.d.). Retrieved April 11, 2020, from https://m.mobilelegends.com/en/hero/86/skill